Tampilkan postingan dengan label Life strategies. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life strategies. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Agustus 2011

Lumpur.

Picture from; Gettyimages.


Seorang teman berkata, ' saya sangat mengasihinya, begitu memperhatikan dia, tapi dia membuat saya kecewa....' Hidup seperti air mengalir, kadang melewati batu batuan, kadang naik, kadang turun. Begitu juga dengan hubungan, ada saat sangat mengasihi, ada saat kecewa, ada saat membenci. Jangan memutuskan hubungan pada saat kecewa dan benci, karena hidup akan masih terus mengalir seperti air.

Hazrat Inayat Khan berkata, jika kita menghendaki air yang jernih dan bening, kita harus menggali tanah lebih dalam. Kadang, dalam menggali itu, kita kecewa, karena yang keluar bukannya air yang bening, melainkan lumpur yang kotor. Kita tidak boleh berhenti disitu. Kita harus tetap menggali, karena setelah melewati lapisan lumpur yang kotor itu, kemungkinan besar kita akan menemukan air yang bening.

Bagaimana jika tidak menemukan air yang bening? Kita tetap menggali, karena kita punya harapan. Kita tidak tau apa yang akan terjadi didepan. Kita patut berusaha sekuat tenaga. Berusaha dengan penuh sabar, sampai menemukan air yang bening.Kalaupun tidak menemukan air yang bening sepeerti yang kita harapkan, paling tidak kita sudah berusaha dan belajar memperpanjang sabar. Dan air itu pasti akan ditemukan, cuma, bening atau kurang bening, tergantung cara kita mensyukurinya.

Teman itu berkata lagi, 'tapi saya sudah memberikan sepenuh diri dan waktu saya untuknya, coba lihat apa yang saya dapat sebagai balasan darinya,... sungguh membuat saya kecewa....'

Memberikan sebuah apel dan mengharapkan dua apel sebagai balasannya bukanlah mengasihi, tapi mencari keuntungan, atau bisnis. Mengasihi adalah memberi dan tak berharap kembali. Mengasihi adalah berkorban. Dan berkorban berarti melupakan diri sendiri.

Melupakan diri sendiri adalah mensyukuri apa yang ada, bukannya mengharapkan apa yang tidak ada. Bukannya mengharapkan kasih sayang seperti di filem filem atau drama. Kita mensyukuri saja apa yang kita punya, bukan yang kita inginkan. Dengan demikian kita belajar mengurangi ego, dan mengedepankan syukur.

Kita akan lebih bahagia apabila kita bisa mensyukuri apa yang kita punyai, bukan apa yang kita inginkan.



Kamis, 11 Agustus 2011

Memaafkan dan melupakan.

Picture from; Gettyimages.


Sakit hati. Kita semua pernah merasakan yang namanya sakit hati dalam berbagai tingkatan. Pada tingkat terendah, seiring waktu berlalu, kita akan lupa dengan sendirinya. Pada tingkat menengah, perlu bertahun tahun untuk menetralkannya. Sakit hati pada tingkat yang lebih dalam bisa menjadi dendam yang dibawa bawa seumur hidup.

Padahal, semua kebijakan melarang sakit hati. Semua kebijakan menganjurkan memaafkan dan melupakan sakit hati. To forgive and to forget. Tapi, itu lebih mudah diucapkan daripada dijalankan. Meskipun mulut menyatakan, 'saya sudah memaafkannya,...' tapi dalam hati siapa tahu? Herannya, sakit hati hanya bisa diakibatkan oleh orang orang yang dekat dengan kita. Dikecewakan oleh orang orang yang kita sayangi dan kita peduli. Jika dilakukan oleh orang jauh,... kita tidak bakalan sakit hati. Kita bahkan tak peduli.

Karena diakibatkan oleh orang orang yang dekat dihati, makanya dianjurkan untuk bisa memaafkan, dan melupakan. Supaya tidak membawa bawa beban berat setiap kali teringat kembali, dan membuka luka yang pernah terjadi. Supaya meringankan langkah dalan hidup kita sendiri. Tapi ya itu,..... biarpun kita bilang berkali kali kita sudah memaafkan, sudah melupakan, sudah bersalam salaman,tapi dihati masih saja ada rasa perih. Tiap kali teringat, hati merasa pedih. Lalu kita berusaha melupakannya lagi, lagi, dan lagi.

Melupakan sakit hati baru sempurna, cuma jika tiap kali teringat, tidak ada lagi rasa pedih dan perih dihati. Jika bisa menceritakannya lagi tanpa emosi, seakan cerita orang lain saja. Cuma pada titik itu, kita tahu, kita sudah bisa melupakan sakit hati.



Senin, 08 Agustus 2011

Melihat dengan hati.

Picture; From Gettyimages.


Kita mengenal banyak orang. pada mulanya semua kelihatan baik baik dan hebat hebat . lama kelamaan, setelah banyak berbincang barulah terasa perbedaannya.

Hazrat Inayat Khan menuturkan, "suatu waktu ia berbincang dengan seorang profesor, intelektual terkenal, yang tertarik masalah masalah spiritual. Karena menemukan banyak kecocokan, maka ia hendak memperkenalkan sang profesor dengan gurunya. Bertanyalah ia, apakah sang profesor kenal dengan bapak X di kota Y? O ya, kata sang profesor, ia kenal, tapi apa hebatnya bapak X itu? kata sang profesor lagi, duapuluh tahun ia mengenal bapak X dikota Y itu, tapi ia merasa biasa biasa saja. Hazrat Inayat Khan terdiam. Katanya dalam hati, seratus tahunpun ia mengenal gurunya, ia tidak bakal mendapatkan pelajaran apa apa. Karena ia melihat dengan pikirannya, sedangkan saya melihatnya dengan hati."

Kebanyakan orang, seperti sang profesor. Melihat segala persoalan hidup dengan logika, intelektual, maka hidup terasa jadi kompleks, sulit dan berbelit. padahal jika melihat dengan hati, meninggalkan pemikiran kita sendiri, semua akan terlihat jernih dan bening. Akan kelihatan bahwa tiap persoalah membawa 'pelajaran' yang membuat kita jadi lebih bijak. akan terlihat dengan jelas mana orang yang bijak, mana yang kurang bijak. Mana yang bisa melihat dengan hati, mana yang mengedepankan pemikirannya sendiri.

Tidak perlu pintar, pandai ataupun intelektual untuk bisa melihat dengan hati. Asal kita mau sediakan waktu hening setiap hari, meniadakan ego, mengedepankan kerendahan hati,pelan pelan hati akan bertambah jernih. Ketika hati jernih, barulah kita bisa melihat dengan hati.

Seperti sari jus didalam botol, ketika didiamkan beberapa saat, maka bagian yang keruh akan mengendap kebawah, bagian yang bening akan ada dipermukaan. Begitu juga dengan hati, ketika kita hening, diam, bagian yang keruh akan mengendap, dan permukaan hati akan jernih dan bening.

Selasa, 12 Juli 2011

Mengeluh.

Picture; From Gettyimages.


Seringkali kita mengeluhkan macam macam hal. Menyebalkan, jalanan kok macet melulu,...menyebalkan, si A mengejek aku didepan orang banyak,....menyebalkan, ban mobilku kempes dijalan,.... brengsek,hapeku hilang,....menyebalkan, harga harga tambah mahal,..... sial, hujan besar, kita kena banjir,.....dan lain lain hal kita keluhkan sehari hari. Rasanya kesal bercampur geram. Kalau bisa kita mau potong kompas supaya semua lancar, kalau bisa kita mau menghilangkan saja orang orang yang bikin kita kesal,kalau bisa kita maunya semua serba lancar, lapang, dan mudah, kalau bisa,........


Pema chodron mengibaratkan keluhan kita pada segala hal itu seperti seseorang yang mengeluhkan jalanan yang penuh duri dan berbatu tajam. Kalau bisa,jalanan itu mau ditutupi saja dengan kain atau kulit, supaya kaki nya tidak perlu lecet dan luka melangkah dijalan itu.

Tapi, apakah bijak menutupi seluruh jalanan dengan kulit? Lagipula, terlalu mahal, rumit dan tidak mungkin bukan?

Bukankah lebih bijak jika kita melapisi kaki kita saja dengan sepatu kain atau sepatu kulit, sehingga kaki kita terlindungi?

Begitu juga kita melangkah dalam hidup. Banyak batu dan lubang yang bakal melukai kita. Belajar kebijakan, menata hati , melindungi diri kita dari terluka. Seperti sepatu yang melindungi kaki dijalan yang penuh duri.

Selasa, 12 April 2011

Kesepian.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Banyak orang kesepian.

Kesepian dalam arti merasa sendiri,

merasa tidak ada perhatian dari orang lain,

merasa tidak nyaman ketika harus sendirian,

tidak tau harus berbuat apa ketika sendirian.


Bahkan dikota kota besar yang hiruk pikuk pun

banyak orang yang kesepian.

Banyak orang mengira, obat bagi kesepian

adalah mencari teman sebanyak banyaknya,

berusaha terus berada dalam suasana yang ramai,

bekerja keras, supaya tidak memikirkan kesepiannya,

atau ke pesta yang meriah,...

tapi, begitu pulang, sendirian,

kembali merasa sepi.

Padahal obat paling baik bagi kesepian, adalah

menjadikan diri sendiri sebagai teman sejati.

Bisa merasa nyaman dengan kesendirian,

dan tidak merasa kesepian saat sendiri.

Bahkan tanpa televisi atau radio pun merasa nyaman.

Meditasi kesadaran, bernafas dengan sadar,

berjalan dengan sadar, melakukan segala sesuatu

dengan kesadaran tinggi, adalah latihan

merasakan nyamannya berteman dengan

diri sendiri.

dengan hening dan sepi.

dengan keadaan sekitar kita.

Hidup dengan kesadaran tinggi adalah memperhatikan

setiap nafas masuk dan nafas keluar.

Memperhatikan setiap langkah kaki,

memperhatikan setiap textur barang disekitar kita,

memperhatikan alam,

memperhatikan yang tidak pernah kita perhatikan sebelumnya,

yang selalu terlewatkan ketika kita tergesa.

Jika hati selalu hangat,

banyak bersyukur,

dan penuh kesadaran,

tidak ada manusia yang kesepian.

.

Kamis, 07 April 2011

Memelihara kambing hitam.

Picture; From Infoternak.com.

*

*

Sadar atau tidak, kita semua memelihara kambing hitam.

Jika ada yang ditanya,

'mengapa kamu terlambat?' "Macet..."

'mengapa mencuri?' "orang lain juga mencuri..."

'mengapa bercerai?' "pasangan saya selingkuh sih..."

'mengapa marah?' "ndak tau,... kemasukan setan kali,..."

'mengapa anak nakal?' " bergaul dengan teman2 yang tidak baik.."

dll dll dll.

Macam macam kambing hitam yang kita pelihara,

mulai dari yang kelihatan, seperti pasangan, anak, teman,

sampai yang tidak kelihatan, seperti, macet, godaan, sampai

dengan setan.

Kambing hitam, adalah sesuatu yang salah, kecuali

diri kita sendiri.

.


Mengapa banyak orang memelihara kambing hitam?

Mungkin, karena lebih mudah memelihara

kambing hitam daripada menaklukkan diri sendiri.

Memelihara kambing hitam sangat mudah,

tinggal memberinya makan setiap waktu, hiduplah dia.

Seorang Indian berkata, ' Didalam diriku hidup dua ekor

serigala, hitam dan putih, yang selalu berkelahi.'

Temannya bertanya," Yang mana yang selalu menang?"

'Yang selalu kuberi makan.'

Memelihara kambing hitam, serupa memelihara serigala

didalam diri.

Setiap dituruti keinginannya,adalah memberinya makan,

memberinya kesempatan untuk berkembang.

Jika terbiasa menuruti emosi, menuruti ego, maka

itulah yang berkembang.

Sedangkan menaklukkan diri sendiri memerlukan

niat yang kuat, disiplin tinggi, dan waktu seumur hidup.

Hal yang terasa sangat sukar dan tidak menyenangkan.

Thich Nhat Hanh menulis,

Jika kita menanam sayuran, dan ternyata sayuran itu

tidak tumbuh seperti yang kita harapkan,

kita 'kan tidak menyalahkan sayur itu.

Kita berusaha memberinya pupuk, menaruhnya

disinar matahari, menyiraminya, dll dll.

Kita tidak mencari kambing hitam.

Kita berusaha untuk mencari solusinya, mencari

jawabannya, berusaha mengerti, dan memperbaiki.

Dengan selalu berusaha memperbaiki diri,

kita mengurangi populasi kambing hitam didalam diri.

Dengan mengakui kesalahan dan mengerti sebabnya,

kita belajar rendah hati.

.



Minggu, 03 April 2011

Hadiah bagi diri sendiri.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Didalam pesawat udara, selalu ada peringatan,

jika harus terpaksa memakai masker oxigen, maka

kita harus memakainya pada diri sendiri terlebih dulu,

baru memakaikannya pada anak kita, atau membantu

orang lainnya.

Sebab, jika kita tidak menolong diri sendiri terlebih dulu,

kita tidak akan bisa menolong anak, dan orang lain.

Dalam kehidupan juga demikian.

Kita harus mendahulukan kesehatan diri kita sendiri

terlebih dulu. Jika diri sendiri sehat, barulah kita bisa

bekerja, memperhatikan, menyenangkan orang lain.

Kesehatan diri, fisik dan mental.

Ada kalanya kita begitu lelah bekerja, lupa memperhatikan

kebutuhan diri sendiri, bahkan ketika kita mulai sakit,

kita minum saja obat, dan terus bekerja.

Padahal, mulai sakit, apapun, adalah tanda bahwa

tubuh mulai lelah, dan minta diperhatikan, minta istirahat.

Istirahat yang tenang adalah salah satu hadiah

yang bisa kita berikan pada diri sendiri.

Ada kawan yang menghadiahkan dirinya sendiri

tas atau sepatu mahal terkenal, ada yang menghadiahkan

dirinya mobil mewah,pesta meriah, tour ke luar negeri, dll.

Tapi, menurut saya, hadiah terbaik yang bisa kita

berikan pada diri sendiri adalah WAKTU HENING.

Waktu hening adalah time out, istirahat dari

segala hiruk pikuk kehidupan, dan menjadi diri sendiri,

tanpa tuntutan apa apa,

kosong dari pikiran sibuk terburu buru,

waktu dimana kita bisa mendengarkan

detak jantung sendiri, bahkan suara hati.

Bagi beberapa teman, waktu hening yang damai

didapatkan dari libur panjang di hawa sejuk

pegunungan atau pergi kepantai,

ada juga yang melewatkannya dengan

pergi ke spa,ada yang melukis,

mendengarkan musik, menari, dll .

Bagi saya, waktu hening adalah meditasi.

bisa saya lakukan tiap malam atau pagi,

bisa dilakukan dirumah sendiri, tanpa harus keluar biaya,

gratis, dan tiap hari.

Tapi, apapun yang kita lakukan,

waktu hening adalah waktu dimana kita merasa

nyaman sendirian,

hanya ada diri sendiri, dengan detak jantung

dan hati nurani.





Sabtu, 02 April 2011

Ketika cinta pergi....

Picture; From Acclaimimages.com

*

*

Ketika cinta pergi dan tidak ada lagi,

yang tersisa cuma kemarahan dan kesedihan.

Kemarahan bisa mendatangkan dendam, sakit hati,..'saya pasti

bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik...'

'Saya bisa hidup lebih baik tanpamu,....'

Kesedihan bisa mengakibatkan keluhan yang berkepanjangan,

'Apa kekurangan saya,...?'

'Saya sudah berikan yang terbaik tapi mengapa.....?'

Tapi, diatas itu semua, penderitaan terdalam

ada di mata putra putri buah cinta.

Biasanya mereka cuma diam ketika diberi tau,

'Kamu ngerti kan...?

Mereka mengangguk.

Tapi coba lihat kedalam mata anak ,

kelam penuh bimbang kepedihan...

.

Kenapa cinta berakhir?

Cinta tidak berakhir, tapi berubah bentuk.

Seperti ada musim semi,musim gugur, musim dingin

dan musim panas, cinta berubah

menuruti episodenya masing masing.

Ketika musim semi, cinta penuh mimpi dan harap

bahwa pernikahan akan 'happily ever after'.

Ketika musim panas datang, nampaknya mimpi akan

menjadi kenyataan, hari hari penuh kemesraan

dan romantisme.

Tapi, musim tidak berhenti,

musim terus berganti, dan kenyataan harus dihadapi

bahwa kemesraan harus diganti dengan pengertian,

dengan sikap bisa menerima banyak helai helai

daun romantis yang gugur.

Dan ketika musim berganti masuk ke musim dingin,

cinta berubah menjadi kasih,

yang berusaha melayani, selalu memberi,

harapan tidak lagi pada pasangan, tapi berharap

kepada yang Maha Memberi.

.

Seperti juga melewati tiap musim, perlu penyesuaian,

perlu persiapan memadai,

memasuki musim gugur, perlu sapu untuk

membersihkan hati dari keinginan minta selalu didahulukan,

memasuki musim dingin perlu

baju hangat kebijakan,

sapu, baju atau selimut kasih, tidak tersedia begitu saja,

tapi harus dibuat jauh sebelumnya,

punya banyak waktu untuk merenung, hening,

membaca , mempelajari kebijakan, adalah

salah satu bahannya.

Tapi, bahan utamanya adalah

hati yang lapang dan bening.

.



Rabu, 30 Maret 2011

Belajar sedikit demi sedikit.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Sabar. Bisa menerima. Rendah hati. Berani.

Tidak cemas. Memaafkan. dan lain lain hal positif yang

sering dianjurkan, semua lebih mudah diucapkan ketika

menasihati orang lain, daripada ketika harus dilakukan sendiri.

Seperti juga anak kecil yang belajar berjalan,

banyak jatuh bangunnya, barulah lancar berjalan sendiri.

Seperti juga waktu dibangku sekolah belajar

matematika, banyak latihannya, setelah beberapa

tahun baru lancar menambah kurang, kali , bagi, dll.

Seperti juga ketika belajar bahasa inggris, setiap kali menghapalkan

kosa kata baru, latihan ber cakap cakap, lama kelamaan,

barulah agak lancar berbahasa inggris,..

Semua perlu waktu dan latihan ,

sedikit demi sedikit.

Demikian pula yang sedang belajar kesabaran, yang sedang

belajar menjadi berani, yang belajar bisa menerima apa

adanya, yang sedang belajar memaafkan, entah memaafkan

orang lain, memaafkan diri sendir, ataupun

memaafkan keadaan,

Semua perlu waktu untuk belajar sedikit demi sedikit,

hari demi hari,

kadang jatuh, gagal,

kadang juga berhasil.

Tidak ada yang bisa tiba tiba sabar, atau tiba tiba

memaafkan , apalagi rendah hati,.. semua perlu

waktu, kadang seumur hidup juga belum tentu bisa.

Latihannya adalah masalah yang timbul setiap hari,

sedikit demi sedikit, kita dibimbing masalah

untuk menjadi lebih sabar, lebih berani,dll.

Jika kita mau mengakui, bahwa kita masih dalam

tahap belajar, kemungkinan bisanya lebih cepat.

Tapi, bagi yang merasa tidak ada yang salah pada dirinya,

atau merasa dirinya sudah lebih baik dari orang lain,

bisa dipastikan, masalah yang sama akan datang

terus menerus dengan baju yang berbeda.

Seperti kata Rumi, dalam 'The Guest House', semua

yang terjadi, membawa pesan dari Semesta.

Atau, Semua orang orang yang menyakitkan hati kita,

membuat hidup kita susah, adalah guru sejati,

yang dikirim semesta kepada kita.

Begitu kita mengakui, bahwa memang kita tidak sabar,

tidak berani, selalu cemas, tinggi hati, dll,

maka penolakan dari dalam diri hilang,

dan kita siap belajar.

Begitu kita tetap keras kepala tidak mau mengakui,

maka persoalan akan terasa berat sekali.

Rendahkan hati untuk mengakui,

dan mulai belajar sedikit demi sedikit.

Dengan demikian, kita meringankan

beban hati kita sendiri.

.

He who blame it on others,

still has a long way to go,

He who blame it on himself,

is halfway there,

He who blame no one,

has arrived.

.


Cukup.

Picture; From Gettyimages.

*

*

'Ketika saya berusia 50 tahun, saya putuskan untuk

pensiun dini' Kata Umi. 'Meskipun, saat itu, kantor masih membutuhkan saya,....Anak anak sudah pada

lulus, dan bekerja, jadi saya tidak usah membiayai

mereka lagi, saya ingin menikmati ketenangan,

beribadah , tanpa meng ingat ingat pekerjaan,'

'Sebenarnya masih banyak yang menawarkan saya

pekerjaan dengan bayaran yang mahal, tapi,

saya pikir, cukup lah sampai disini saja,...

bukannya saya tidak butuh uangnya, tapi,

saya pikir, saya bisa berhemat, saya bisa kembali

hidup sederhana ,.... apa susahnya,.. tokh dulu

saya pernah hidup sederhana....'

"Apa umi tidak kepingin membelikan anak anak

rumah, mobil, atau tour ke luar negeri?"

'Saya berusaha tidak banyak ingin,..hidup seperlunya

saja, biarlah anak anak meraih keberuntungannya

masing masing, tidak usah saya sediakan,

dengan demikian mereka bisa menghargai proses

mendapatkan keberuntungan mereka......'

"Saya dengar, umi dapat pesangon yang cukup lumayan,

apa tidak terpikir investasi di tanah atau rumah? 'kan

sayang kalau disimpan saja, kena inflasi,...."

'Kalau 20 tahun lalu, pastilah saya investasikan

di tanah atau rumah, tapi,... pada umur saya sekarang,

tidak usahlah, cukup asal bisa hidup sederhana saja....

tidak usah serakah.....'

"Tapi umi,... usia 50 tahun masih bisa produktif,...

banyak orang yang masih bekerja sampai usia

diatas 60 an bahkan 70 an tidak mau pensiun juga...."

'Ya,.. biarlah, tiap orang punya pendiriannya sendiri,

tapi, umi merasa harus tahu kapan berhenti,

dan bilang pada diri sendiri, cukup.'

.

Half of the art of life,

is knowing when to stop.

.


Senin, 28 Maret 2011

In 'a bad day'.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Setiap hari kita menghadapi hari yang ber beda beda.

kadang ada 'hari bagus' dimana semua urusan lancar

lancar saja, kadang ada 'hari buruk' dimana semua

kejadian serba salah semua.

Padahal, semua hari, ya sama saja.

Yang beda adalah emosi, atau perasaan kita saja.

.

Pada hari yang buruk, atau let's say, a bad day, se akan akan

sejak pagi semua serba salah. Malahan tatanan rambut juga

tiba tiba jadi jelek.

Jalanan tambah macet, dikantor tiba tiba ada

101 masalah baru , yang semuanya menambah-

panjang daftar keluhan kita.

Daripada mengeluh tidak karuan sepanjang hari,

dan menebar emosi negatif, lebih baik kita mengubah

sudut pandang kita.

.

Pada hari hari yang buruk, lebih baik kita fokus

pada hal hal yang BISA kita lakukan.

fokus pada hal yang bisa kita syukuri.

fokus pada hal yang membahagiakan.

walau tidak kepingin, tapi tetap kembangkan senyum.

Dengan memenuhi pikiran kita dengan hal hal positif,

diharapkan akan mengurangi beban pada hari itu.

Kita memang tidak bisa mengubah banyak hal,

tetapi, kita 'kan selalu bisa mengubah diri kita sendiri?

Mengubah sudut pandang kita.

.

Instead of asking, 'what can I do to find the solutions?'

ask yourself, 'What things can I control?'

.

Melepas beban.

Picture; From baloonparty.com

*

*

Sebuah balon gas, apabila diberikan beban

berlebihan tidak akan mau terbang.

Balon juga tidak mau terbang tinggi apabila

diikatkan kepada apapun.

Begitu juga perasaan kita.

Perasaan akan terasa berat, bila kelebihan beban hidup.

Beban hidup berlainan bagi tiap orang.

Masing masing punya bebannya sendiri

yang harus dipikul.

Bagaimana meringankan beban?

Kata Thich Nhat Hanh, mulailah belajar

melepas hal hal kecil.

Tidak kecewa ketika kehabisan tiket,

tidak kecewa karena hujan, padahal sudah

merencanakan acara piknik,

tidak marah, bahkan tersenyum ketika

menerima kritik,

tidak marah ketika tidak mendapatkan perhatian,

bisa mengerti ketika ditolak,

tidak mengeluh ketika sakit, dll dll.

Dengan belajar melepas hal hal kecil,

kita akan terbiasa melepas hal yang besar,

misalnya, ketika kita sakit, kita tidak akan marah

pada keadaan,

bahkan kita berusaha berdamai dengan keadaan kita,

bahkan berusaha mencari makna sakit kita itu,

atau bahkan, pesan apa yang dibawa sakit kita itu?

.

Bila kita bisa melepas beban pikiran kita,

perasaan kita akan ringan,

kita bisa 'terbang tinggi ' seperti balon gas

yang ceria di udara biru.

.

Rabu, 23 Maret 2011

Pembantu.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Pagi pagi, dihalaman rumah saya ada sepotong
kertas bertuliskan tulisan sederhana,
'tolong... saya lapar, tidak dikasih makan...'
Rupanya kertas tersebut dijatuhkan dari
lantai dua rumah sebelah oleh pembantunya yang baru.
Rumah sebelah saya memang sangat sering
gonta ganti pembantu, tidak pernah ada
yang lebih lama dari 3 bulan.
Para tetangga tahu bahwa para pembantu
dirumah itu dijatah makanan bahkan minumnya.
Setahu saya, tuan rumah makan sangat mewah,
tapi yang saya lihat, pembantu hanya dibelikan
sawi atau tempe tahu saja .
Sangat tidak mungkin bagi saya dan tetangga lain
mencampuri urusan dalam negeri orang lain,
yang bisa saya lakukan paling paling membelikan
beberapa bungkus cokelat, biskuit, dan minuman
ringan, yang coba saya berikan kepada pembantu
ketika tuan rumah tidak melihat.
.
Buat saya, pembantu adalah bagian dari keluarga,
sudah selayaknya kita perlakukan baik baik,
karena tanpa dia, kita akan kewalahan.
Beri dia pendidikan tambahan, ajarkan
membaca, menjahit, memasak , dan lain lain
hal yang dia minati.
Kita sekolahkan anak anak nya supaya
masa depannya lebih baik dari orang tuanya.
Beri dia hari libur seminggu sekali, dan kesempatan
pulang kampung tiap lebaran.
Dia juga punya hak untuk kegiatan sosialnya
seperti arisan keluarganya, piknik,pengajian, dll.
Namanya keluarga, sudah selayaknya dia leluasa
makan dan minum apa yang ada dirumah kita.
Perkara nanti dia tidak membalas 'kebaikan',
itu adalah urusan dia, urusan kita adalah
memperlakukan dia sebaik baiknya.
Pembantu atau asisten saya sudah 25 tahun
ikut saya. Kita sudah melewati dan berbagi
suka dan duka bersama. Dari dia belum menikah,
punya anak anak, membesarkan anak anaknya,
sampai suaminya meninggal beberapa tahun lalu.
Dia sudah bisa membeli rumah sendiri, punya
kendaraan bermotor.
Saya ikut senang , ketika anak anaknya
sudah bisa bekerja, dan mandiri.
Kebahagiaan keluarganya, adalah
kebahagiaan kita juga.
.
Whenever there's a human being,
there's an opportunity for kindness.
(Senecca)

Jumat, 18 Maret 2011

Senyum.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Setiap saya keluar rumah, saya berjumpa dengan banyak orang.
Setiap bertemu orang, saya berusaha tersenyum,
karena saya percaya, senyum adalah pemberian.
Kepada pemulung yang pagi pagi sudah lewat, saya
memberi senyum, plus sapa, 'pagi,...'
bila memungkinkan saya menawarkan koran2 bekas,
kepada bapak yang tiap hari mengangkut sampah kami,
kepada tukang koran yang setia mengantarkan
koran tiap pagi naik sepeda, saya selalu mengucapkan
terima kasih, sambil tersenyum.
Tidak peduli hati saya sedang galau atau
banyak persoalan, saya tetap bisa tersenyum.
Kepada tiap tiap tetangga, orang orang yang lewat
yang setiap hari saya jumpai,
tukang sayur, tukang tambal ban dipinggir jalan,
tukang roti, orang orang yang pergi kerja, anak anak
yang berangkat sekolah,... saya berusaha
memberikan senyum sebanyak mungkin plus sapa.
Setelah beberapa bulan, senyum dilanjutkan dengan
tegur sapa, dan menjadi akrab.
Tanpa terasa, kawan bertambah banyak, dari
berbagai kalangan.
Senyum juga saya berikan ketika ada yang
menawarkan sesuatu, dan saya tidak berminat,
saya bilang, terima kasih, sambil senyum, dan biasanya,
mereka tidak akan memaksa lagi.
Saya berusaha meniru mentari yang senyum kepada
siapa saja, tanpa ber harap apa apa.
Dan saya rasa, senyum itu menular,
siapapun yang diberi senyum akan tersenyum balik,
mungkin, senyum adalah salah satu
kunci pintu kebahagiaan.
.
Kadang kala, kita merasa bahagia, lalu tersenyum,
kadang kala, kita tersenyum, lalu merasa bahagia.
.

Senin, 14 Maret 2011

Musibah.

Picture; From Art.com.
*
*
Kita menyebut suatu kejadian sebagai musibah apabila
kita merasa dirugikan, merasa takut, dan berusaha
menghindari bila mendengarnya.
Padahal, sebuah musibah bagi si A, bisa menjadi
ladang rejeki bagi si B.
Misalnya saja, si A yang kehilangan mobil nya, maka
peristiwa itu menjadi lahan rejeki bagi si B
yang menjual mobil .
Atau, bisa jadi si A meninggal, maka, bisa jadi lahan
rejeki bagi si B yang menyediakan jasa pemakaman.
.
Sadar bahwa semua yang ada pada kita, harta, benda,
keluarga, bahkan nyawa, adalah titipan semata, membuat
kita lebih seimbang dalam menghadapi musibah.
Kerendahan hati diperlukan untuk mengakui bahwa
semua yang kita dapatkan bukan hasil kerja kita semata,
melainkan kita cuma
diberi hak pakai sementara oleh Yang Memberi.
Selayaknya kita juga bersyukur diberi hak pakai
sementara itu.
Rasa syukur akan memperpanjang waktu bahagia.
.
Musibah yang terjadi pada kita memberi kesempatan-
baru untuk menata ulang langkah hidup kita.
Musibah yang terjadi pada orang lain,
memberi kita kesempatan untuk memberi, memberi
perhatian, pertolongan, mendoakan, orang lain.
.
Musibah juga memberi pesan, supaya kita selalu ingat,
betapa kecilnya kita,
betapa tidak berdayanya kita,
dihadapan Semesta.
betapa kita sangat tergantung
belas kasih Semesta.
.


Minggu, 13 Maret 2011

Membeli kosmetik.

Picture; From Gettyimages.
*
*
'Menjalani hidup itu serupa membeli kosmetik' Kata Umi,
satu ketika.
'Kita melihat banyak penawaran kosmetik, kita terpikat,
lalu kita coba membeli, ternyata ada yang cocok,
banyak juga yang tidak cocok,
Kita mencoba yang cocok dihati, jika hasilnya kurang berkenan
dihati, kita mencoba yang lain lagi,..
membaca brosur, mendengarkan pengalaman teman,..
lalu kita mencoba yang lain lagi,..
begitu ber ulang ulang,
melewati proses trial & error,
satu waktu bisa jadi kita alergi atau berjerawat
karena cuaca atau polusi,
kita mencari solusi tambahan lagi,
kosmetik yang kita pakai pada masa remaja, tidak cocok lagi
ketika usia beranjak dewasa, apalagi ketika menjadi tua,..
semua harus dicoba lagi, warna warna mana
yang cocok untuk tiap macam usia,...
yang cocok buat kawan, belum tentu cocok
untuk kita,
yang hasilnya bagus pada si A, bisa jadi
berakibat fatal pada si B.
Seumur hidup kita harus terus menerus berusaha
mendapatkan hasil terbaik.'
.
Demikian pula menghadapi hidup.
Tidak bisa cuma dengan satu resep saja,
kita harus terus menerus mencoba yang terbaik,
lewat proses trial & error,
dengan banyak masukan,
dan tidak henti berusaha,
kita akan tau bagaimana sikap yang cocok
menghadapi hidup.
.

Selasa, 08 Maret 2011

3 Ways to learn Wisdom.

Picture; From Gettyimages.
*
*
There are 3 ways to learn wisdom;
The First, is by reflection.
which is the noblest.
The second is by immitating,
which is the easiest.
The third, is by experience,
which is the most bitter.
(Confusius)
.
The First, By refelction.
Setiap menghadapi sesuatu, kita harus bertanya pada diri sendiri,
'pesan' apa yang dibawa oleh kejadian ini?
Dengan banyak belajar kebijakan, hari demi hari,
hati kita akan semakin peka untuk bisa menangkap 'pesan'
dari Semesta.
Kadang kadang,jika kita selalu gagal mendapatkan keinginan kita,
banyak halangannya,maka, besar kemungkinan-
keinginan kita itu tidak sejalan dengan keinginan Semesta.
Kita dipersilahkan menghilangkan ego, dan mengubah
sudut pandang.
Sebaliknya, bila segala urusan lancar, kemungkinan,
keinginan kita sejalan dengan Semesta.
.
Secondly, by immitating.
Untuk belajar bijak just by immitating, kita bisa mencontoh
dari para Orang Orang Suci, para Nabi, atau orang orang bijak
yang hidup sebelum kita.
Sebetulnya, Semesta juga menyediakan banyak contoh contoh
kebajikan disekitar kita, tapi perlu mata hati yang
peka untuk bisa membacanya.,
.
Thirdly, by experience.
Belajar bijak dari pengalaman ini perlu kerendahan hati
untuk mengakui bahwa kita salah, dan mau
mengubah diri dan sudut pandang kita.
Apabila kita tetap bersikukuh pada pendirian kita,
biasanya, kejadian tidak mengenakkan akan datang
terus menerus dalam bentuk yang beda, tapi membawa
pesan yang sama.
pengalaman buruk baru berhenti setelah kita bisa
merendahkan hati, dan berdamai dengan kehidupan.
.

Senin, 28 Februari 2011

Perlunya Hening.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Disebuah tempat penggergajian kayu yang ramai,
seorang tukang kayu tiba tiba berteriak,
'Arloji saya jatuh,...'
Ia mencari kesana kemari, tapi tidak bisa menemukan
arlojinya. Teman temannya juga membantunya,
tapi mereka juga tidak dapat menemukannya.
Tibalah waktu makan siang, semua pekerja
meninggalkan pekerjaannya dan pergi makan siang.
Seorang anak kecil yang sedang bermain dekat tumpukan
serbuk gergaji tiba tiba berteriak,
"Aku menemukan arloji nya..!"
Tukang kayu itu sangat berterima kasih kepada
si anak, dan bertanya, bagaimana caranya si anak
bisa menemukan arloji tersebut?
anak itu berkata;
"ketika semua pergi makan siang, aku mendengar
bunyi tik tok tik tok dari dalam tumpukan
serbuk gergaji...."
.
Ketika kita stress tidak bisa menyelesaikan
sesuatu, yang kita perlukan adalah diam
dan hening.
Dalam diam dan hening, kita bisa menemukan
inspirasi, cara penyelesaian, ataupun jawaban
yang kita cari.
.

Jumat, 25 Februari 2011

Making others happy.

Picture; From my vintage photographs collection.
*
*
A monk made his regular visit to patients in a hospital.
He met a man who suffered a lot from a major operation.
The man ask the monk what can he do to lessen his pain-
and sufferings that he endured.
The monk said; ' Think of loving others.'
The man was angry at the monk's reply,
he said; " I am myself in this great pain, Am I not the one
who must be loved? And you advice me to love others as well,.."
The man closed his eyes and pretended to sleep.
So the monk left.
.
Many months after that, it happens that one day the man
met the monk on the streets.
The man greet the monk and said;
"Were you not the monk who visited me in the hospital-
many months ago? I was in great pain then, suffering from
a major operation, and when I asked you how can I-
lessened my pain, you adviced me to think of loving others.
Untill now I still didn't understand,
how can you gave me such advice, while I was the one
to be loved?"
The monk smiled, and said,
' When you think of yourself, you were demanding,
the minute you began to demand, you suffer,
But, when you begin to think of loving others,
and hoping others to be happy,
that's the time you feel happy,
when you were happy, I really hope
you can lessen and reduce your own suffering'
.
Think of boys and girls who were dating, each tried hard-
to make the other happy, that what makes
dating so beautiful and full of happiness.
But, years after marriage, each demand a lot of things from
the spouse, attention, money, to behave well, etc etc,
When they began to think of themselves,
and demanded this and that, sufferings came.
.
Sufferings came the moment we demand others to make us happy,
On the the other hand, happiness came the moment
we wanted to make others happy.
.
(H H Sri Pannyavaro, Wisdom of life)

Jumat, 18 Februari 2011

Thank You.

Picture; From gettyimages.
*
*
The law of abundance is a two step process;
Giving and say thank you.
Receiving and say thank you.
Giving is an opportunity to love.
It applies to giving attention, smile, money,
time, energy, effort, support, love, patience, hope,
kindness, emails, sms, etc.
When we give, the Universe give back to us, multiplied.
Try to say 'thank you' for a week.
Put up a sign in big letters ,
THANK YOU
and say 'thank you' from the moment we got up
in the morning untill night.
Say 'thank you' for everything,
say it no matter what happens,
always find something to thank about.
Repeat this for a week, or more,
and see the magic of those two little words.
THANK YOU.