*
*
Ketika cinta pergi dan tidak ada lagi,
yang tersisa cuma kemarahan dan kesedihan.
Kemarahan bisa mendatangkan dendam, sakit hati,..'saya pasti
bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik...'
'Saya bisa hidup lebih baik tanpamu,....'
Kesedihan bisa mengakibatkan keluhan yang berkepanjangan,
'Apa kekurangan saya,...?'
'Saya sudah berikan yang terbaik tapi mengapa.....?'
Tapi, diatas itu semua, penderitaan terdalam
ada di mata putra putri buah cinta.
Biasanya mereka cuma diam ketika diberi tau,
'Kamu ngerti kan...?
Mereka mengangguk.
Tapi coba lihat kedalam mata anak ,
kelam penuh bimbang kepedihan...
.
Kenapa cinta berakhir?
Cinta tidak berakhir, tapi berubah bentuk.
Seperti ada musim semi,musim gugur, musim dingin
dan musim panas, cinta berubah
menuruti episodenya masing masing.
Ketika musim semi, cinta penuh mimpi dan harap
bahwa pernikahan akan 'happily ever after'.
Ketika musim panas datang, nampaknya mimpi akan
menjadi kenyataan, hari hari penuh kemesraan
dan romantisme.
Tapi, musim tidak berhenti,
musim terus berganti, dan kenyataan harus dihadapi
bahwa kemesraan harus diganti dengan pengertian,
dengan sikap bisa menerima banyak helai helai
daun romantis yang gugur.
Dan ketika musim berganti masuk ke musim dingin,
cinta berubah menjadi kasih,
yang berusaha melayani, selalu memberi,
harapan tidak lagi pada pasangan, tapi berharap
kepada yang Maha Memberi.
.
Seperti juga melewati tiap musim, perlu penyesuaian,
perlu persiapan memadai,
memasuki musim gugur, perlu sapu untuk
membersihkan hati dari keinginan minta selalu didahulukan,
memasuki musim dingin perlu
baju hangat kebijakan,
sapu, baju atau selimut kasih, tidak tersedia begitu saja,
tapi harus dibuat jauh sebelumnya,
punya banyak waktu untuk merenung, hening,
membaca , mempelajari kebijakan, adalah
salah satu bahannya.
Tapi, bahan utamanya adalah
hati yang lapang dan bening.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar