Sabtu, 02 April 2011

Ketika cinta pergi....

Picture; From Acclaimimages.com

*

*

Ketika cinta pergi dan tidak ada lagi,

yang tersisa cuma kemarahan dan kesedihan.

Kemarahan bisa mendatangkan dendam, sakit hati,..'saya pasti

bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik...'

'Saya bisa hidup lebih baik tanpamu,....'

Kesedihan bisa mengakibatkan keluhan yang berkepanjangan,

'Apa kekurangan saya,...?'

'Saya sudah berikan yang terbaik tapi mengapa.....?'

Tapi, diatas itu semua, penderitaan terdalam

ada di mata putra putri buah cinta.

Biasanya mereka cuma diam ketika diberi tau,

'Kamu ngerti kan...?

Mereka mengangguk.

Tapi coba lihat kedalam mata anak ,

kelam penuh bimbang kepedihan...

.

Kenapa cinta berakhir?

Cinta tidak berakhir, tapi berubah bentuk.

Seperti ada musim semi,musim gugur, musim dingin

dan musim panas, cinta berubah

menuruti episodenya masing masing.

Ketika musim semi, cinta penuh mimpi dan harap

bahwa pernikahan akan 'happily ever after'.

Ketika musim panas datang, nampaknya mimpi akan

menjadi kenyataan, hari hari penuh kemesraan

dan romantisme.

Tapi, musim tidak berhenti,

musim terus berganti, dan kenyataan harus dihadapi

bahwa kemesraan harus diganti dengan pengertian,

dengan sikap bisa menerima banyak helai helai

daun romantis yang gugur.

Dan ketika musim berganti masuk ke musim dingin,

cinta berubah menjadi kasih,

yang berusaha melayani, selalu memberi,

harapan tidak lagi pada pasangan, tapi berharap

kepada yang Maha Memberi.

.

Seperti juga melewati tiap musim, perlu penyesuaian,

perlu persiapan memadai,

memasuki musim gugur, perlu sapu untuk

membersihkan hati dari keinginan minta selalu didahulukan,

memasuki musim dingin perlu

baju hangat kebijakan,

sapu, baju atau selimut kasih, tidak tersedia begitu saja,

tapi harus dibuat jauh sebelumnya,

punya banyak waktu untuk merenung, hening,

membaca , mempelajari kebijakan, adalah

salah satu bahannya.

Tapi, bahan utamanya adalah

hati yang lapang dan bening.

.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar