*
*
Setiap saya keluar rumah, saya berjumpa dengan banyak orang.
Setiap bertemu orang, saya berusaha tersenyum,
karena saya percaya, senyum adalah pemberian.
Kepada pemulung yang pagi pagi sudah lewat, saya
memberi senyum, plus sapa, 'pagi,...'
bila memungkinkan saya menawarkan koran2 bekas,
kepada bapak yang tiap hari mengangkut sampah kami,
kepada tukang koran yang setia mengantarkan
koran tiap pagi naik sepeda, saya selalu mengucapkan
terima kasih, sambil tersenyum.
Tidak peduli hati saya sedang galau atau
banyak persoalan, saya tetap bisa tersenyum.
Kepada tiap tiap tetangga, orang orang yang lewat
yang setiap hari saya jumpai,
tukang sayur, tukang tambal ban dipinggir jalan,
tukang roti, orang orang yang pergi kerja, anak anak
yang berangkat sekolah,... saya berusaha
memberikan senyum sebanyak mungkin plus sapa.
Setelah beberapa bulan, senyum dilanjutkan dengan
tegur sapa, dan menjadi akrab.
Tanpa terasa, kawan bertambah banyak, dari
berbagai kalangan.
Senyum juga saya berikan ketika ada yang
menawarkan sesuatu, dan saya tidak berminat,
saya bilang, terima kasih, sambil senyum, dan biasanya,
mereka tidak akan memaksa lagi.
Saya berusaha meniru mentari yang senyum kepada
siapa saja, tanpa ber harap apa apa.
Dan saya rasa, senyum itu menular,
siapapun yang diberi senyum akan tersenyum balik,
mungkin, senyum adalah salah satu
kunci pintu kebahagiaan.
.
Kadang kala, kita merasa bahagia, lalu tersenyum,
kadang kala, kita tersenyum, lalu merasa bahagia.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar