Sakit hati. Kita semua pernah merasakan yang namanya sakit hati dalam berbagai tingkatan. Pada tingkat terendah, seiring waktu berlalu, kita akan lupa dengan sendirinya. Pada tingkat menengah, perlu bertahun tahun untuk menetralkannya. Sakit hati pada tingkat yang lebih dalam bisa menjadi dendam yang dibawa bawa seumur hidup.
Padahal, semua kebijakan melarang sakit hati. Semua kebijakan menganjurkan memaafkan dan melupakan sakit hati. To forgive and to forget. Tapi, itu lebih mudah diucapkan daripada dijalankan. Meskipun mulut menyatakan, 'saya sudah memaafkannya,...' tapi dalam hati siapa tahu? Herannya, sakit hati hanya bisa diakibatkan oleh orang orang yang dekat dengan kita. Dikecewakan oleh orang orang yang kita sayangi dan kita peduli. Jika dilakukan oleh orang jauh,... kita tidak bakalan sakit hati. Kita bahkan tak peduli.
Karena diakibatkan oleh orang orang yang dekat dihati, makanya dianjurkan untuk bisa memaafkan, dan melupakan. Supaya tidak membawa bawa beban berat setiap kali teringat kembali, dan membuka luka yang pernah terjadi. Supaya meringankan langkah dalan hidup kita sendiri. Tapi ya itu,..... biarpun kita bilang berkali kali kita sudah memaafkan, sudah melupakan, sudah bersalam salaman,tapi dihati masih saja ada rasa perih. Tiap kali teringat, hati merasa pedih. Lalu kita berusaha melupakannya lagi, lagi, dan lagi.
Melupakan sakit hati baru sempurna, cuma jika tiap kali teringat, tidak ada lagi rasa pedih dan perih dihati. Jika bisa menceritakannya lagi tanpa emosi, seakan cerita orang lain saja. Cuma pada titik itu, kita tahu, kita sudah bisa melupakan sakit hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar