*
*
Pagi pagi, dihalaman rumah saya ada sepotong
kertas bertuliskan tulisan sederhana,
'tolong... saya lapar, tidak dikasih makan...'
Rupanya kertas tersebut dijatuhkan dari
lantai dua rumah sebelah oleh pembantunya yang baru.
Rumah sebelah saya memang sangat sering
gonta ganti pembantu, tidak pernah ada
yang lebih lama dari 3 bulan.
Para tetangga tahu bahwa para pembantu
dirumah itu dijatah makanan bahkan minumnya.
Setahu saya, tuan rumah makan sangat mewah,
tapi yang saya lihat, pembantu hanya dibelikan
sawi atau tempe tahu saja .
Sangat tidak mungkin bagi saya dan tetangga lain
mencampuri urusan dalam negeri orang lain,
yang bisa saya lakukan paling paling membelikan
beberapa bungkus cokelat, biskuit, dan minuman
ringan, yang coba saya berikan kepada pembantu
ketika tuan rumah tidak melihat.
.
Buat saya, pembantu adalah bagian dari keluarga,
sudah selayaknya kita perlakukan baik baik,
karena tanpa dia, kita akan kewalahan.
Beri dia pendidikan tambahan, ajarkan
membaca, menjahit, memasak , dan lain lain
hal yang dia minati.
Kita sekolahkan anak anak nya supaya
masa depannya lebih baik dari orang tuanya.
Beri dia hari libur seminggu sekali, dan kesempatan
pulang kampung tiap lebaran.
Dia juga punya hak untuk kegiatan sosialnya
seperti arisan keluarganya, piknik,pengajian, dll.
Namanya keluarga, sudah selayaknya dia leluasa
makan dan minum apa yang ada dirumah kita.
Perkara nanti dia tidak membalas 'kebaikan',
itu adalah urusan dia, urusan kita adalah
memperlakukan dia sebaik baiknya.
Pembantu atau asisten saya sudah 25 tahun
ikut saya. Kita sudah melewati dan berbagi
suka dan duka bersama. Dari dia belum menikah,
punya anak anak, membesarkan anak anaknya,
sampai suaminya meninggal beberapa tahun lalu.
Dia sudah bisa membeli rumah sendiri, punya
kendaraan bermotor.
Saya ikut senang , ketika anak anaknya
sudah bisa bekerja, dan mandiri.
Kebahagiaan keluarganya, adalah
kebahagiaan kita juga.
.
Whenever there's a human being,
there's an opportunity for kindness.
(Senecca)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar