Kita mengenal banyak orang. pada mulanya semua kelihatan baik baik dan hebat hebat . lama kelamaan, setelah banyak berbincang barulah terasa perbedaannya.
Hazrat Inayat Khan menuturkan, "suatu waktu ia berbincang dengan seorang profesor, intelektual terkenal, yang tertarik masalah masalah spiritual. Karena menemukan banyak kecocokan, maka ia hendak memperkenalkan sang profesor dengan gurunya. Bertanyalah ia, apakah sang profesor kenal dengan bapak X di kota Y? O ya, kata sang profesor, ia kenal, tapi apa hebatnya bapak X itu? kata sang profesor lagi, duapuluh tahun ia mengenal bapak X dikota Y itu, tapi ia merasa biasa biasa saja. Hazrat Inayat Khan terdiam. Katanya dalam hati, seratus tahunpun ia mengenal gurunya, ia tidak bakal mendapatkan pelajaran apa apa. Karena ia melihat dengan pikirannya, sedangkan saya melihatnya dengan hati."
Kebanyakan orang, seperti sang profesor. Melihat segala persoalan hidup dengan logika, intelektual, maka hidup terasa jadi kompleks, sulit dan berbelit. padahal jika melihat dengan hati, meninggalkan pemikiran kita sendiri, semua akan terlihat jernih dan bening. Akan kelihatan bahwa tiap persoalah membawa 'pelajaran' yang membuat kita jadi lebih bijak. akan terlihat dengan jelas mana orang yang bijak, mana yang kurang bijak. Mana yang bisa melihat dengan hati, mana yang mengedepankan pemikirannya sendiri.
Tidak perlu pintar, pandai ataupun intelektual untuk bisa melihat dengan hati. Asal kita mau sediakan waktu hening setiap hari, meniadakan ego, mengedepankan kerendahan hati,pelan pelan hati akan bertambah jernih. Ketika hati jernih, barulah kita bisa melihat dengan hati.
Seperti sari jus didalam botol, ketika didiamkan beberapa saat, maka bagian yang keruh akan mengendap kebawah, bagian yang bening akan ada dipermukaan. Begitu juga dengan hati, ketika kita hening, diam, bagian yang keruh akan mengendap, dan permukaan hati akan jernih dan bening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar