*
*
Pernahkah anda masuk kerumah orang lain, dan melihat,
betapa penuh rumahnya dengan macam macam barang?
Tumpukan koran dan majalah bekas sampai hampir
menyentuh langit langit rumah, belum lagi
macam macam ukuran kardus bekas, kemasan makanan,
plastik pembungkus, baju baju lama,
macam macam prakarya dari jaman sekolah dulu,
kursi, atau meja yang sudah patah kakinya,
dan macam macam kertas bekas kado, kertas kwitansi dll dll.
pokoknya untuk berjalan saja susah.
Tentu saja tumpukan barang yang memenuhi seluruh rumah
mempengaruhi kualitas hidup orang yang hidup didalamnya.
Udara tidak leluasa masuk dan keluar, belum lagi,
kemasan kemasan lama menebarkan bau yang tidak sedap.
Menurut Peter Walsh, menumpuk barang yang tidak perlu
sedemikian banyaknya, adalah karena
orang tersebut tidak bisa membuang kenangan dari tiap barang.
Mereka merasa aman hidup dalam kenangan lamanya,
dan sukar menerima kenyataan baru.
Sebagian lagi, merasa aman dengan selalu berbelanja,
selalu membeli, tanpa tega membuang yang lama.
Kenangan ada baiknya.
Tapi harus ada keseimbangan,
antara yang lama dan baru,
antara yang perlu dan tidak perlu
antara mimpi dan kenyataan.
Bukankah daripada barang dibiarkan menumpuk
lebih baik disumbangkan?
Daripada cuma memenuhi rumah, bukankah lebih baik
bila barang barang bisa bermanfaat bagi banyak orang?
Memberikannya kepada orang lain, selain akan
membahagiakan si penerima, juga akan
membahagiakan yang memberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar