Senin, 19 September 2011

Memaafkan dan kebebasan.

Picture from; Booksby Mandela.


Bill Clinton menceritakan kisah tentang Mandela ini, pada bukunya,

'How to let go the unresolved conflict'.

Seluruh dunia memandang dengan takjub ketika peristiwa bersejarah terjadi di Afrika Selatan. Mandela keluar dari sel penjaranya dengan tenang, gagah dan berwibawa. Dalam hati, saya sering bertanya tanya, bagaimana perasaannya setelah 27 tahun berada dalam penjara?

Lama setelah itu, saya mempunyai kesempatan untuk menanyakan hal tersebut kepada beliau. Apakah beliau masih menyimpan kemarahan bila mengingat semua kekerasan, penghinaan, dan penganiayaan yang dilakukan lawan lawan politik beliau selama beliau dalam penjara?


Beliau menjawab, " Ya, memang ada rasa marah, dan ada rasa takut, karena kehilangan kebebasan sekian lama,akan tetapi, ketika saya telah melangkahkan kaki saya keluar dari penjara, dan tetap memendam amarah pada mereka, itu berarti bahwa saya mesih terpenjara oleh mereka. karena saya ingin benar benar bebas seutuhnya, maka saya tinggalkan amarah itu dibelakang, dan memaafkan semua yang terjadi..... ..." Jawab beliau dengan tersenyum.

Sebuah jawaban yang mencerminkan kebesaran jiwa yang mengerti tentang hubungan antara memaafkan dan kebebasan.


Kemarahan ada didalam diri kita sendiri, bukan pada orang lain yang membuat kita marah. Orang lain itu hanya penyebab . Tapi kita memilih sendiri, marah atau tidak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar