Senin, 26 September 2011

At home in muddy water.

Picture from; Chinesepaintings.com


Chen sering bilang kepada saya; "aku ingin pulang kampung, rindu suasana tentram dikampung, rindu sunyi dan suara angin nya, tapi,...kampungku jauh sekali, aku takut, kalau pulang, aku tidak akan kembali kesini lagi,...." Katanya tersenyum, matanya menerawang jauh melewati batas langit, entah apa yang dilihatnya.

"Aku bosan hiruk pikuk kota besar, suaranya gaduh, udaranya panas, orang orangnya tidak ramah, dan gampang marah,hati terasa sempit seperti jalan jalan yang macet, dikampung hatiku terasa lapang melihat hamparan rumput hijau, sungai mengalir,.... tapi,......" Chen mengela napas panjang, dan melanjutkan seperti bicara kepada dirinya sendiri,

"Bukankah kita seharusnya merasa nyaman dimana saja kita berada? at home in muddy water? seperti teratai? Bukankah suasana kota besar ini seperti muddy water? air keruh dan berlumpur? lihat saja , semua serba hitam pekat dan kotor, termasuk hati dan perilaku, lalu , kalau aku bilang at home in muddy water, kenapa aku merindukan air jernih dikampung? " Tanya chen kepadaku. aku tidak menjawab, karena kupikir, sebenarnya, chen bertanya kepada dirinya sendiri. Dan benar saja, ia melanjutkan dan menjawab pertanyaannya sendiri,

"Selama aku masih merindukan kampung, selama aku masih merindukan sesuatu yang lain, aku belum at home, berarti, masih banyak yang harus kubenahi didalam diriku sendiri, lihat kota besar ini, macam macam berita setiap hari kita ijinkan masuk kedalam rumah kita, berita teroris, berita perkosaan, politisi yang ribut berebut kata kata, jalanan yang macet, udara yang kotor dan berdebu, bukankah ini semua adalah muddy water? Satu waktu nanti, jika aku sudah bisa merasa nyaman didalam muddy water ini, tahulah aku, I am home!" Chen menundukkan kepalanya dan berlalu tanpa perlu komentar atau jawabanku lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar