Saya suka jalan pagi. Juga suka ber jalan jalan. Entah berbelanja, ataupun ke tempat tempat yang bisa dicapai dengan berjalan kaki.Dulu, saya berjalan cepat, secepat yang saya bisa. Mengikuti kata dokter dan para pakar kesehatan, jalan cepat bisa mengikis lemak dibadan, juga baik baik bagi kesehatan jantung, cardio, katanya. Berjalan cepat bersama teman teman tidak terasa melelahkan, sambil berjalan cepat, kadang pelan sedikit, bisa berbincang dan bergosip ria. Biarpun keringat bercucuran, tapi anehnya terasa segar. Berjalan sendirianpun dulu, saya cenderung cepat. Sambil berjalan, memikirkan tujuan.Sudah tentu, berjalannya tidak pernah dipikirkan, dinikmati, karena ada macam macam hal didalam pikiran.
Ketika isi pikiran semakin banyak, karena persoalan semakin banyak dan tak kunjung selesai, berjalan terasa tidak nikmat lagi. Stress menumpuk, menyebabkan depresi. Ketika itulah saya membaca buku Thich Nhat Hanh tentang mindfulness walking. Kata beliau, walk as if your feet are kissing the earth.
Berjalan seakan kaki kita mencuim bumi yang dipijak. Mencium tentu saja tidak bisa cepat cepat dan kuat kuat. Selayaknya mencium, tentu harus dengan lembut dan penuh perasaan mengasihi.Pelan pelan.
Lalu saya merubah cara jalan saya. Saya mulai berjalan pelan pelan.
Mencoba menapakkan kaki dengan lembut. Merasakan tiap langkah. Merasakan nafas bersama tiap ayunan kaki. Mengatur pandangan mata kepermukaan bumi, kira kira 2 meter saja didepan.Begitu saya mencoba berjalan dengan langkah baru.
Lalu perubahan terjadi didalam kepala saya. Stress yang menggunung berangsur hilang. Perasaan menjadi tenang. Damai.
Dan herannya, ketika perasaan menjadi damai, tenang, segalanya kelihatan berbeda. Segalanya kelihatan lebih terang dan indah. Padahal semua tetap sama. Cuma cara jalan saya saja yang beda. Saya berjalan disaat kini. Menikmati saat kini sambil berjalan pelan pelan. Saya tidak lagi memikirkan ini dan itu. Saya cuma memikirkan langkah saya, menjaga supaya pelan dan lembut. Merasakan tiap nafas saya supaya seiring seirama dengan langkah kaki. Begitu saja.
Sambil menikmati jalan pelan pelan saya tersenyum. Tersenyum kepada angin , kepada daun daun, bunga bunga , tersenyum kepada apa saja, siapa saja.
Kadang kita merasa senang, lalu kita tersenyum, tapi kadang kita harus tersenyum supaya kita bisa merasa senang.
Jadi saya biasakan juga untuk tersenyum. Herannya, begitu saya tersenyum kepada apa saja, siapa saja, saya merasa seluruh dunia tersenyum kembali kepada saya. Benar benar menyenangkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar