Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Agustus 2011

Diam.

Picture from; Gettyimages.


Yang selalu saya inginkan adalah ketenangan. Dulu, saya setiap akhir pekan atau ada tanggal merah, saya lari dari kesibukan kota besar, dan menyepi di pegunungan atau dipinggir pantai yang jauh dari keramaian.

Tidak melakukan apa apa, doing nothing, saya hanya mengamati alam, mengamati laut, merasakan angin, hujan, awan berarak dll. Tapi, bahkan ditempat terpencil ada ada saja gangguan, penjaja makanan atau barang menawarkan dagangannya, tamu tamu lain di hotel yang riuh rendah, remaja dan anak anak berteriak kegirangan, yang meskipun saya ikut tersenyum melihat semua, tapi kesunyian terhenti sejenak. Lama kelamaan kesunyian di tempat tempat terpencil terganggu bukan oleh suara lain, melainkan oleh suara didalam kepala saya sendiri, terutama jika sedang banyak persoalan.Jadi, bahkan ditempat sunyipun, saya bisa merasa hiruk pikuk dalam kepala saya.

Diam bisa didapatkan dengan 2 cara; diam, yang berarti mulut berhenti berbicara, dan diam, yang berarti pikiran berhenti memikirkan segala sesuatu, hening saja.

Belajar diam saya mulai dengan diam tidak berbicara, kecuali seperlunya saja. Ada kalanya mulut hendak berkomentar, tapi saya menahan diri untuk tidak berkomentar. Saya belajar mengganti ber kata kata dengan senyuman saja. Bersamaan denga proses diam dimulut itu, saya belajar meditasi , proses mendiamkan pikiran.

kedua proses belajar berjalan lambat, pelan pelan, setiap kali harus mengusahakan sabar, toleransi, dan kasih. Sebuah proses belajar yang tidak mudah, yang harus dilakukan setiap hari, tidak peduli sedang 'in' atau tidak, saya mengharuskan diri saya sendiri untuk diam, dan meditasi, proses belajar diam dihati.

Proses belajar saya sudah berlangsung sepuluh tahun, tapi saya masih merasa harus terus belajar. Tapi saya tahu, ada perubahan, karena saya tidak usah lagi lari ke pegunungan atau pantai terpencil, saya cukup membentangkan tikar dan bantal untuk meditasi, dan menikmati diam dan hening. Dalam setiap percakapan atau berkumpul, saya cukup menikmati kebersamaan, dan memperhatikan orang orang lain, menikmati suasana,dalam menjawab, saya lebih banyak meng iya kan atau senyum saja, saya membalas sapaan atau bertanya, kadang hanya untuk sopan santun saja. Diam itu ternyata sangat damai.

Dengan damai dihati, hidup yang biasa biasa saja menjadi terasa luar biasa, (bukan sekedar slogan dimulut saja), segalanya menjadi lebih indah, bening dan bercahaya.

Dan yang lebih menyenangkan, diam dan hening bisa dilakukan dimana saja, bahkan didalam pasar yang ramai sekalipun, cukup konsentrasi ke nafas saja, tiba tiba semuanya menjadi hening.

"We need silence to be able to touch souls"

(Mother Teresa)

Jumat, 12 Agustus 2011

Berjalan perlahan.

Picture; From ZenLife.


Saya suka jalan pagi. Juga suka ber jalan jalan. Entah berbelanja, ataupun ke tempat tempat yang bisa dicapai dengan berjalan kaki.Dulu, saya berjalan cepat, secepat yang saya bisa. Mengikuti kata dokter dan para pakar kesehatan, jalan cepat bisa mengikis lemak dibadan, juga baik baik bagi kesehatan jantung, cardio, katanya. Berjalan cepat bersama teman teman tidak terasa melelahkan, sambil berjalan cepat, kadang pelan sedikit, bisa berbincang dan bergosip ria. Biarpun keringat bercucuran, tapi anehnya terasa segar. Berjalan sendirianpun dulu, saya cenderung cepat. Sambil berjalan, memikirkan tujuan.Sudah tentu, berjalannya tidak pernah dipikirkan, dinikmati, karena ada macam macam hal didalam pikiran.

Ketika isi pikiran semakin banyak, karena persoalan semakin banyak dan tak kunjung selesai, berjalan terasa tidak nikmat lagi. Stress menumpuk, menyebabkan depresi. Ketika itulah saya membaca buku Thich Nhat Hanh tentang mindfulness walking. Kata beliau, walk as if your feet are kissing the earth.

Berjalan seakan kaki kita mencuim bumi yang dipijak. Mencium tentu saja tidak bisa cepat cepat dan kuat kuat. Selayaknya mencium, tentu harus dengan lembut dan penuh perasaan mengasihi.Pelan pelan.

Lalu saya merubah cara jalan saya. Saya mulai berjalan pelan pelan.

Mencoba menapakkan kaki dengan lembut. Merasakan tiap langkah. Merasakan nafas bersama tiap ayunan kaki. Mengatur pandangan mata kepermukaan bumi, kira kira 2 meter saja didepan.Begitu saya mencoba berjalan dengan langkah baru.

Lalu perubahan terjadi didalam kepala saya. Stress yang menggunung berangsur hilang. Perasaan menjadi tenang. Damai.

Dan herannya, ketika perasaan menjadi damai, tenang, segalanya kelihatan berbeda. Segalanya kelihatan lebih terang dan indah. Padahal semua tetap sama. Cuma cara jalan saya saja yang beda. Saya berjalan disaat kini. Menikmati saat kini sambil berjalan pelan pelan. Saya tidak lagi memikirkan ini dan itu. Saya cuma memikirkan langkah saya, menjaga supaya pelan dan lembut. Merasakan tiap nafas saya supaya seiring seirama dengan langkah kaki. Begitu saja.

Sambil menikmati jalan pelan pelan saya tersenyum. Tersenyum kepada angin , kepada daun daun, bunga bunga , tersenyum kepada apa saja, siapa saja.

Kadang kita merasa senang, lalu kita tersenyum, tapi kadang kita harus tersenyum supaya kita bisa merasa senang.

Jadi saya biasakan juga untuk tersenyum. Herannya, begitu saya tersenyum kepada apa saja, siapa saja, saya merasa seluruh dunia tersenyum kembali kepada saya. Benar benar menyenangkan!



Rabu, 27 Juli 2011

Kue atau the cookies.

Picture; From Gettyimages.


Seorang pengusaha yang sukses baru keluar dari rumah sakit untuk pengobatan kankernya yang memakan waktu yang lama. Ia bercerita,

'Sebelum menderita kanker, hidup saya cukup stress, banyak tekanan karena saya selalu harus mendapatkan apa yang saya inginkan, bagaimanapun caranya, harus saya dapatkan....' Ia tersenyum tipis dan melanjutkan,

'Kebahagiaan bagi saya pada waktu itu adalah mendapatkan sepotong kue, bila saya mendapatkan kue, saya gembira, bila tidak, saya menderita,... sialnya,... kue selalu berubah bentuk, kadang kue berubah menjadi uang, kadang menjadi menang tender, kadang menjadi order besar, kadang penghargaan dan pujian,kadang sex, kadang mobil baru,......pokoknya saya selalu harus mendapatkan kue ditangan,...' Ia menatap jauh dan melanjutkan,


'Seperti ketika saya memberikan sepotong kue pada anak saya yang masih kecil,... ketika ia mendapatkan kue itu, ia gembira, ketika kue hancur atau jatuh ia menangis, ... tapi pada waktu itu, ia berumur 2,5 tahun,.. sedangkan saya berusia 50 tahun,... perlu waktu sedemikian lama bagi saya untuk menyadari bahwa kue tidak memberikan kebahagiaan,.... kue ditangan saya harus saya pertahankan agar tidak jatuh, agar tidak diambil orang, agar tidak hancur, ... begitu banyak waktu dan pengorbanan yang saya lakukan demi menjaga kue tetap ditangan saya,... dan hehehe,... kadang bahkan saya tidak punya waktu untuk menikmati kue itu,....' Ia tertawa kecil,
'Kanker ini menyadarkan saya, bahwa tanpa kue ditanganpun saya bisa bahagia,... sekarang saya tidak terlalu peduli urusan perusahan, menang atau kalah, dapat atau tidak,...hehehe,...kebahagiaan tidak tergantung pada kue nya ,.. kebahagiaan tergantung pada hidupnya,...atau,... boleh saya bilang, bahwa hidup adalah kue itu sendiri,....'

(Dari, Eating the cookie, Rachel Naomi Remen MD)

Senin, 11 April 2011

Ujian kehidupan.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami ujian kehidupan.

Semua orang pasti mengalaminya.

Ujian kehidupan datang dalam bentuk yang berbeda

untuk setiap tahap kehidupan.

Bagi anak anak, mungkin ujiannya adalah setiap kali menangis.

Makin besar, makin jarang menangis, tapi merasa sakit dihati.

Ujian kehidupan seperti juga ujian sekolah, adalah untuk

meningkatkan kebijakan diri, naik kelas kebijakan.

Makin tinggi tingkatan atau kelasnya, tentu saja

makin susah ujiannya,

Latihannya adalah persoalan sehari hari,

ujiannya datang sekali sekali.

Melihat orang lain sedang diuji, mudah bagi kita

mengucapkan, 'sabar ya,..' 'ikhlas ya...'

betapapun kita bersimpati pada yang sedang diuji,

kita tidak pernah bisa menyelami perasaannya,

karena tiap orang punya ketahanan, kepribadian

yang berbeda beda.

Misalnya, melihat ada yang menangis kehilangan barang,

kita bilang, 'gitu aja kok nangis....'

Tapi mungkin tingkatannya memang baru sampai

pada menangisi barang yang hilang, atau barang

yang hilang itu memang sangat berarti baginya.

Kita bisa bersimpati, tapi kita tidak pernah

bisa tau perasaan orang lain sesungguhnya.

kita mengukur perasaan orang lain dengan ukuran

sepatu kita sendiri, padahal ukuran kaki tiap orang berbeda.

Ada teman yang bilang, 'saya tau ini ujian, tapi koq beraaat

sekali rasanya, sakiiitt sekali dihati,...'

Yang namanya ujian itu, pastilah menyakiti perasaan,

membutuhkan banyak sekali pengorbanan.

kalau tidak, namanya bukan ujian,

cuma latihan.

Lalu, kalau lulus ujian, apa yang didapat?

Tergantung ujiannya.

Ada yang dapat kesabaran.

ada yang mendapat 'bisa menerima' dan ihklas.

ada yang dapat keberanian, dan tidak takut lagi.

ada yang bisa melepaskan, atau 'letting go'.

Yang pasti, mendapatkan kekuatan.

Dalam ujian juga, kita bisa membedakan mana

teman sejati, mana yang tidak.

Mana yang mau menampung curahan hati dan air mata,

mana yang malah meninggalkan pergi karena

kita kehabisan harta.

Ujian makin berat, jika perhatian kita cuma fokus

pada kepedihan ujiannya saja.

Ujian bisa ringan, jika kita alihkan fokus pada

yang lebih tinggi, Yang Maha Segalanya.

Tidak heran para bijak berkata, bahwa saat saat

ujianlah, saat2 pedih dalam kehidupan kita,

adalah saat2 yang paling mendekatkan kita

pada Yang Maha.

.




Jumat, 08 April 2011

Kisah cinta.

Picture; From clipart.com. *

*

Keluarga mengeluhkan nenek yang sudah berusia 91 tahun,

sangat renta dan pemarah.

'Tidak ada yang bisa bicara sama nenek' Kata keluarga.

'Selain susah dengar, lihat, dan bicara, ngomong aja,

ndak bisa nyambung....' katanya lagi.

Biasanya, nenek dibiarkan saja hilir mudik pelan pelan,

sambil sesekali memarahi orang yang lewat,

tanpa ada yang pernah peduli.

Satu waktu datang seorang lelaki yang

aneh penampilan dan gaya bicaranya, membawakan

brosur bagi keluarga.

Begitu ketemu nenek, kelihatannya keduanya

'klop' dan nyambung.

Lalu, tanpa membawa brosurpun, lelaki itu

sering datang, cuma untuk berbincang dengan nenek.

Belakangan, keluarga tau, lelaki itu berusia 45 tahunan,

pernah berkali kali stroke, yang mengakibatkan

pembawaan, gaya dan bicaranya jadi aneh.

'orang error' kata keluarga.

Keluarga sering diam diam mendengarkan, apa sih

yang mereka bicarakan?

Yang satu bicara 'ayam', yang lain bicara 'bebek',

tapi herannya keduanya bisa tertawa bersama.

Mata mereka berbinar binar saling memandang.

Lama kelamaan, mereka berdua sering berjalan

jalan bersama. Yang lelaki, menggandeng nenek

dengan mesra dan penuh perhatian. Dan nenek,

yang biasanya pemarah, tiba tiba menjadi manis dan penurut.

Nenek mulai berpakaian lebih rapi, dan sesekali bernyanyi.

Sesuatu yang tidak pernah dilakukan nenek

selama 50 tahun, kata keluarga.

Semua orang bilang, nenek dan lelaki itu seperti

orang pacaran. Saling jatuh cinta.

Sampai sekarang, sudah hampir dua tahun

nenek 'berpacaran' dengan lelaki itu.

.

Cinta memang tidak kenal usia dan lebih aneh dari cerita fiksi.

Cinta tidak dari penampilan fisik ataupun pemikiran,

tapi, bagaimana yang satu bisa membuat yang lain

merasa dihargai.

Cinta adalah bisa membuat pasangan

yang paling tidak berharga pun, betapa jelekpun,

merasa menjadi seseorang yang istimewa.

(a true story)


Kamis, 31 Maret 2011

Rumah yang nyaman.

Picture; From Interiorhome.

*

*

Seperti apakah rumah yang nyaman?

Apakah yang mewah atau sederhana?

Apakah seperti gambar gambar dimajalah atau

brosur ? Seperti tayangan di televisi?

Rumah yang nyaman berbeda bagi tiap orang,

Ada yang suka bersih, ada yang suka terang,

ada yang suka gelap, ada yang suka penuh barang,

ada juga yang penuh binatang peliharaan.

Nyaman bagi siapa?

Nyaman bagi mata belum tentu nyaman bagi penghuni.

Nyaman bagi orang tua, belum tentu bagi anak.

Definisi nyaman juga beda bagi tiap orang.

Tidak peduli apakah rumah itu kontrakan,

kamar kost, masih cicilan,

milik mertua, atau milik sendiri,

satu hal yang pasti,

rumah yang nyaman adalah rumah yang kita tuju

untuk pulang.

Dirumah itu kadang ada keluarga menunggu,

Kadang ada kucing, anjing, ikan peliharaan,

Kadang tanaman yang minta disiram,

Entah siapapun, apapun, dirumah, selalu saja ada

yang menenti kita bergegas pulang.

Rumah yang nyaman adalah rumah dimana

ada kehangatan dan cinta.

.

Having somewhere to go is home,

Having someone to love is family,

Having both is a blessing.


Kamis, 24 Maret 2011

Rejeki dadakan?

Picture; From Gettyimages.
*
*
Banyak orang ingin dan tergiur pada
'rejeki nomplok', atau 'rejeki dadakan'.
Tapi saya percaya bahwa didunia ini tidak
ada yang instant/sekejab dapat, saya percaya pada proses.
Kalaupun dapat 'rejeki dadakan' karena menang
undian atau dapat warisan atau lainnya, pasti
tidak akan membawa berkah, malahan bisa jadi musibah.
Ini salah satu contohnya.
.
Pak komar tinggal disalah satu pinggiran kota
dengan keluarga besarnya. Semua anak,
menantu, cucu, tinggal didekatnya, karena tanahnya
luas, dan masing masing dibuatkan rumah
sederhana oleh pak komar.
Mereka semua hidup sederhana, tapi berkecukupan,
punya rumah, motor, bisa jualan sayur atau
buah2an hasil kebun, beternak ayam, kambing, dan sapi,
atau buka warung nasi.
Pak dan ibu komar bahkan sudah bisa pergi haji
dari hasil menjual kambing dan sapi.
Menurut saya, mereka cukup bahagia dan puas
dengan kehidupan mereka.
Satu hari, tanah kediaman pak komar dibeli
pengembang perumahan untuk dijadikan
real estate. Pak komar dibayar 5 M tunai.
Semenjak menerima uang mendadak itulah, kehidupan
pak dan bu komar berubah drastis.
Anak, mantu semua saling berebut uang dadakan,
tiap hari bertengkar tidak habis habis,
masing masing banyak keinginan mendadak juga.
belum lagi, tiba tiba muncul
sanak saudara dadakan yang ingin kecipratan juga.
Pak komar membeli beberapa rumah untuk
keluarga besarnya, total seharga 800 juta.
Tapi anak mantu dan cucu, tidak puas, karena
tau, masih ada sisa uang 4,2M, dan masing masing merasa
harus mendapat lebih dari yang lain.
Keluarga yang tadinya adem ayem, tenang damai,
berubah jadi neraka. Pak dan bu komar merasa
sangat kesal, menyesal, marah, semua campur baur,
pokoknya sangat tidak bahagia.
Beberapa hari setelah menempati rumah barunya,
pak komar meninggal kena serangan jantung.
Bu komar menyusul beberapa minggu kemudian.
Saya tidak tau lagi nasib keluarga besar
yang cerai berai itu selanjutnya.
Yang saya tau, habis sudah ketenangan dan
kebahagiaan sebuah keluarga besar karena
rejeki dadakan.
.

Rabu, 23 Maret 2011

Menjadi tua.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Menyaksikan banyak orang orang tua menderita
sakit fisik maupun mental, membuat saya berpikir,
bahwa menjadi tua itu perlu persiapan jangka panjang.
Kita diberi banyak persoalan hidup yang ujung ujungnya
adalah untuk mengubah cara pandang kita,
mengubah diri kita, mengurangi ego kita sedikit
demi sedikit, selama hidup.
Apabila satu persoalan tidak berhasil mengubah kita,
semesta akan memberikan persoalan yang sama,
dalam bentuk beda, terus menerus sampai kita mau berubah.
Saya menyaksikan orang orang tua yang sangat menderita,
karena tidak bisa menerima keadaan,
tetap keras dengan egonya yang tinggi, keinginannya
harus terlaksana,
tidak bisa berdamai dengan keadaan fisiknya yang melemah,
tetap beraksi seperti masih muda,..
Menurut saya sih, seharusnya kita belajar banyak
banyak dan banyak kebijakan sedari sekarang,
sehingga jika diberi usia panjang, dan menjadi tua,
kita sudah bisa melihat hidup dari sudut pandang lain,
mempunyai wawasan, sudut pandang luas,
bisa berdamai dengan diri sendiri,
terutama, bisa mempunyai hati yang damai.
.
In youth we run into difficulties,
In old age, difficulties run to us.
.
You'll hurt yourself when you're not expanding and growing,
or you'll get too soon old and too late smart.
.

Senin, 21 Maret 2011

Panjang umur?

Picture; From my vintage photographs collections.
*
*
Setiap kali ada yang berulang tahun, semua orang
memberi ucapan selamat, dan,
semoga panjang umur dan bahagia.
Tapi apakah benar panjang umur sama dengan bahagia?
Setiap kali berkunjung ke panti werdha manapun juga,
yang penghuninya semua diberkahi panjang umur,
saya jarang menjumpai orang yang bahagia.
Kebanyakan pada berkeluh kesah, diabaikan anak anak
maupun saudara saudaranya. Banyak yang bahkan
tidak pernah dijenguk sama sekali.
Ada sebagian yang bisa bersyukur , meskipun
sesekali menyiratkan kekecewaan.
Saya banyak berjumpa dengan orang orang yang
panjang umur. Biasanya mereka mengeluh
tentang kesehatannya, lalu kurangnya perhatian,dll dll.
Kadang berjumpa kakek atau nenek yang energik,
penuh vitalitas muda, mereka merasa sangat bisa
menikmati hidupnya, tapi, biasanya, dibelakang mereka,
anak anaknya pada mengeluh.
Atau sebaliknya, anak cucu menghendaki kakek nenek
diperpanjang umurnya, tapi yang bersangkutan
menderita karena harus banyak di operasi dll.
Saya rasa, panjang umur tidak sama dengan bahagia.
Bahagia ada didalam hati, saat ini.
Bukan pada umur yang panjang.
.
The quality, not longevity
of one's life what is important.
(Martin Luther King Jr)
.

Selasa, 15 Maret 2011

When life gives you lemons,...

Picture; From Gettyimages.
*
*
Tingginya kira kira 130 cm,
Umurnya kira kira 40-45 tahun.
Sudah 10 tahunan ia selalu ada disekitar
sebuah kompleks perumahan.
Ia tinggal dimana saja disekeliling komplek perumahan,
kadang di teras toko, kadang di masjid, kadang di pos hansip.
Ia tidak bisa berbicara, tidak bisa mendengar.
Setiap hari ia berjalan sekeliling perumahan sambil tersenyum
dan mengacungkan jempolnya tanda pujian 'bagus!' kepada
siapa saja yang ia temui.
Ia suka rela mengatur perempatan jalan yang kadang macet,
atau mengatur mobil siapa saja yang parkir.
Kepribadiannya yang ceria menimbulkan rasa suka
pada setiap orang yang bertemu dengannya.
para penghuni kompleks perumahan dengan suka rela
memberikannya pekerjaan,
memotong rumput, membenahi kebun,
memotong pohon, membuang sampah,
membersihkan lantai, menyapu taman, dll dl.
Dari pemberian uang para penghuni kompleks itulah
ia menghidupi dirinya dan keluarganya dikampung selama
10 tahun terakhir.
Heran, rejakinya tidak putus mengalir,
ada ada saja yang meminta jasa nya.
Paling tidak, ia tidak pernah kekurangan makan
atau minum, bahkan pakaian, ia juga bisa
membawa banyak oleh oleh setiap ia pulang kampung.
Ia adalah contoh, bagaimana sebuah kehidupan tetap
bisa dinikmati, disyukuri, walau dalam banyak
'kekurangan'.
.
When life gives you lemons,
make lemonade.
.

Selasa, 08 Maret 2011

Reflection.

Picture; From Gettyimages.
*
*
A son and his father were walking in the mountains.
Suddenly, the son fell, hurt himself, and screamed,
aaaaaaahhhhh.....
To his surprise, he heard a voice repeating,
somewhere in the mountain,
aaaaahhhhh....
Curiously he yelled, 'who are you?!'
He received the answer right away,
'who are you?!'
Angered at the response, he screamed,
'coward!' to which he got the same answer, 'coward!'
He looked at his father and asked,
'what's going on?'
The father smiled and said,
"my son, pay attention,..." and then the father screamed
to the mountains, "I love you...." the voice answered,
"I love you...."
The son was surprise, but didn't understand, the father explained,
"People called this echo,
but really, this is life's reflections,
it gives back everything you said and do".
.
Life is a mirror, we get the best result
when we smile at it.
.
Life can be understood backwards,
but it must be live forwards.
.
Experience in life is like a hard teacher,
it gives the test first, the lessons afterwards.
.

Rabu, 02 Maret 2011

Pekerjaan yang tidak menguntungkan.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Seorang pengusaha luar biasa sibuk mengurusi berbagai
bisnis dan relasinya hampir tidak punya waktu untuk
berkumpul bersama keluarganya.
Pagi, siang, malam, ia sibuk dengan usahanya,
bahkan, katanya, 30 jam seharipun, tidak cukup bagi
dia untuk meyelesaikan pekerjaan yang tak habis habisnya.
Karena tekanan pekerjaan, ia juga sering marah marah,
stress yang tidak habis habisnya.
Suatu hari, ia jatuh sakit.
Dokter dokter tidak bisa menemukan apa penyakitnya yang kian hari
kian bertambah parah.
Bosan bolak balik ke semua rumah sakit, ke dokter dokter,
ia mengunjungi seorang tabib tua dikotanya.
Setelah konsultasi, tabib tua itu menyarankan agar ia,
melakukan suatu pekerjaan yang sama sekali tidak
mendatangkan keuntungan bagi dirinya, dan
pekerjaan itu tidak boleh menghasilkan, melainkan
mengeluarkan uang.
.
Mula mula ia tidak percaya.
Tapi, karena bosan dengan penyakitnya yang tak
kunjung sembuh, ia pikir, tidak ada salahnya mencoba.
Ia pun memutuskan, akan mengurusi anjing anjing liar
yang banyak berkeliaran di kotanya.
Ia merawat anjing anjing itu, mengurusi bulu mereka
yang penuh luka dan kudisan.
Mulanya ia merasa jijik, tapi ia mengeraskan hatinya
karena ingin sembuh.
Beberapa bulan berlalu,
seiring membaiknya luka dan kudis anjing2 liar tersebut,
ia pun merasa bertambah sehat.
Ia pun bisa banyak berkumpul dengan keluarganya
dan merasa, betapa berharganya keluarganya baginya,
dan betapa ia telah menyia nyiakan mereka selama ini.
Penyakitnya sembuh, hubungan dengan keluarganya,
dan teman temannya sangat baik,
Ia merasa,
betapa bahagia hidupnya sekarang.
.
We make a living by what we get,
But we make a life by what we give.
(Sir Winston Churchill)

Kamis, 24 Februari 2011

Cermin.

Picture; From Gettyimages.
*
*
Dua ekor kera masuk ke sebuah rumah dipinggir hutan
mau mencari makanan.
Begitu masuk, mereka bertemu sebuah cermin besar.
Kera pertama melihat kedalam cermin, dan melihat
seekor kera didalam cermin.
Ia terkejut, dan segera ber teriak teriak marah.
Kera didalam cermin juga terkejut dan berteriak teriak
marah yang sama.
Kera pertama menjadi takut, dan segera berlari keluar.
.
Kera kedua yang berhadapan dengan cermin, juga
menjumpai seekor kera lainnya.
Ia menyeringai kearah kera didalam cermin,
dan mengulurkan tangan.
Kera didalam cermin melakukan hal yang sama.
Ia berpendapat, ah, ternyata kera didalam cermin
ramah juga,...
Maka ia melanjutkan masuk kedalam rumah,
dan segera menemukan makanannya.
.
Hidup kita serupa cermin kita.
Apabila kita berlaku ramah terhadap hidup,
maka hidup juga akan berlaku ramah kepada kita.
Sebaliknya, apabila kita bersikap keras,
maka hidup juga akan keras kepada kita.

Senin, 14 Februari 2011

Our home; Earth.

Picture;From balipaintings.com.
*
*
Semua yang ada di Alam Semesta dari awal sampai akhir,-
tidak ada 1 atom pun yang berkurang ataupun bertambah.
Semua cuma berubah bentuk, atau berpindah tempat.
Yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Semua yang ada; netral.
Tidak ada yang baik, tidak ada yang buruk.
Yang memberi 'label' baik atau buruk itu adalah
kita sendiri.
Yang sekarang kita anggap baik, melewati waktu,
bisa jadi akan kita anggap buruk.
Begitupun yang kita anggap buruk, melewati waktu,
satu saat akan kita bilang, 'ooo, ternyata baik adanya...'
Keadaan bumi yang tidak nyaman sekarang ini
adalah akibat keserakahan kita menguras bumi.
Kita hidup mau serba 'lebih' dan serba 'instant'.
Kita semua ingin hidup seperti di negara negara 'maju'.
Padahal, untuk memenuhi keinginan semua penduduk
bumi akan gaya hidup yang mewah, kita akan
perlu lima (5!) planet bumi.
*
Bukankah kehidupan yang nyaman itu,
adalah yang tenang, damai, bebas hiruk pikuk,
tidak macet, lebih banyak taman daripada mall,
banyak ruang terbuka,air bersih mudah didapat, tidak buru buru,
banyak waktu luang bersama keluarga, udara bersih,
tidak polusi, sungai mengalir jernih, dll dll dll.
Keadaan yang kurang lebih sama, diramalkan, akan
bisa kita nikmati nanti, ketika semua persediaan
energi di bumi yang satu ini habis.
Kalau gaya hidup kita tetap boros energi seperti sekarang, itu berarti
kira kira 50 tahun dari sekarang.
Hidup ketika itu diprediksi, tidak ada mobil, motor, pesawat terbang,dll.
Mungkin kita akan kembali bersepeda ke mana mana.
Untuk jarak jauh, mungkin akan menggunakan kapal laut,
atau kereta api.
Listrik akan menggunakan tenaga surya, magnet bumi,
gelombang laut,ataupun biogas hasil recycling sampah kita.
Tidak ada gedung gedung bertingkat, mall2,
yang menggunakan pendingin ruangan berlebihan.
Semua akan berubah menjadi lahan pertanian bertingkat
untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk bumi.
Dan lain lain lagi kemungkinan, yang sebagian masih
berupa rancangan, cetak biru, ataupun angan angan
yang bisa menjadi kenyataan.
Mari kita membantu bumi mulai dari diri kita sendiri,
dari apa yang bisa kita lakukan sendiri.
menghemat air, listrik, mengolah sampah, menanam pohon,
tidak memasang keramik diseluruh permukaan tanah,
memakai ulang apa yang masih bisa dipakai,
Hidup sederhana, secukupnya, seperlunya saja.
*
LIVE SIMPLY,
GIVE MORE,
EXPECT LESS.

Kamis, 03 Februari 2011

Reading books.

Picture; From Quentinblake illustration.
*
*
Seperti apakah sebuah buku yang bagus?
Sebuah buku yang bagus, bisa kita baca ber kali kali
dalam rentang waktu belasan bahkan puluhan tahun,
dan setiap kali kita membaca buku itu,
kita mendapat pengertian baru.
Padahal huruf huruf nya sama, halamannya sama,
it's the same old book, nothing new.
Tapi tokh, membaca ulang buku itu, sama pesonanya
dengan membaca buku baru.
*
Seorang guru, sudah berkali kali membaca gita. (kitab kebijakan)
Ia merasa sudah hafal, dan sudah mengerti makna
kebijakan yang tersurat maupun yang tersirat.
Berbekal pengetahuan itu, pergilah ia mengembara.
Di mana mana ia menerangkan gita.
Orang banyak menganggapnya bijak dan pandai.
Namanya mulai terkenal.
Pada satu waktu, sampailah ia di sebuah kerajaan besar.
Rajanya terkenal bijak.
Maka iapun memperkenalkan dirinya dihadapan raja,
dan menerangkan maksudnya untuk menerangkan gita
kepada raja. Raja mengangguk setuju.
Tapi, begitu ia mulai membuka gita, dan bersiap untuk
menerangkan, tiab tiba raja memintanya untuk
bermalam dan membaca gita itu sekali lagi.
Tak kuasa menolak titah raja, walaupun heran,
ia bermalam dan membuka gita.
Begitu membaca gita, ia merasa banyak hal
baru yang ia dapatkan malam itu.
Maka keesokan harinya dengan bersemangat, kembali
ia membuka gita dihadapan raja, dan bersiap untuk menerangkan.
Tapi, lagi lagi, raja memberi perintah yang sama.
Untuk kedua kalinya kembali ia membaca gita, dan lagi lagi
ia merasa mendapatkan hal lain dari gita.
Tapi dihari berikutnya, kembali raja memberi perintah yang sama.
Dan hal ini berlangsung terus beberapa lamanya, sampai,
pada suatu ketika, ia merasa, sebenarnya, ia tidak tahu apa apa
mengenai gita, kitab kebijakan itu, dan iapun memutuskan untuk
mempelajari kitab kebijakan lagi.
Pada saat ia mulai membuka kitab kebijakan dan mulai
membacanya lagi, pada saat itulah raja berkenan datang
kepadanya, dan meminta diajarkan-
tentang kitab kebijakan gita.
*
The wise man reads both, great books, and life itself.
(Lin Yutang)

Senin, 31 Januari 2011

Heritage.

Picture; From my vintage photographs collection.
*
*
Dipertengahan abad ke 19, sebuah keluarga kaya
menguasai banyak lahan dan usaha perdagangan.
mereka membeli banyak properti, rumah2 mewah, dengan harapan,
nantinya anak anak dan cucu cucu bisa hidup senang,
tidak usah bersusah payah, semua sudah serba ada.
Mereka bahkan mempunyai kuburan keluarga yang luas.
Waktu berjalan.
Ternyata baru sampai pada generasi anak2nya,
semua warisan yang sedemikian banyaknya habis.
Perusahaan, tanah, properti, apalagi perhiasan,
semua hilang, habis. Ada ada saja caranya kalau
memang mau habis dan hilang.
Bahkan kuburan mewah yang diperuntukkan bagi anak cucu,
cuma sempat ditempati 2 orang saja, sebelum digusur
dan hilang juga.
Saya percaya, warisan terbaik yang bisa kita berikan
adalah pendidikan yang baik.
Pendidikan formal dan pendidikan moral.
Saya percaya, setiap anak sudah punya garis nasibnya sendiri.
Sebanyak apapun warisan yang kita tinggalkan
bisa saja habis. hilang.
Walaupun tidak mempunyai warisan apapun, bisa jadi
satu hari mereka juga akan mendapatkan segalanya.
Yang lebih utama daripada warisan harta,
adalah warisan ilmu. budi baik. dan apa yang
ada didalam hati.
*
Que sera sera,
Whatever will be will be,
The future is not ours to see,
Que sera sera.

Kamis, 27 Januari 2011

Choices.

Picture; From my vintage photographs collections.
*
*
Semua orang harus lahir, menderita dan mati.
Tidak ada pilihan lain.
Kita tidak bisa memilih lahir dimana,
tidak bisa memilih orang tua kita, tidak bisa memilih gender,
warna kulit,kita tidak bisa memilih waktu dan bagaimana
kita akan mati, kita bahkan tidak bisa
memilih nama kita sendiri.
Hidup adalah keterbatasan.
Tapi kita bisa memilih bagaimana mengisi hidup kita.
kita bisa memilih bagaimana kita bisa berbuat
maksimal dalam keterbatasan.
Kita bisa memilih jalan hidup kita.
*
Take the power to choose what you want, and
do it well,
take the power to love and live it honestly,
take the power to control your own life,
no one can do it for you,
take the power to make your life happy.
(Susan Schultz)

Sabtu, 15 Januari 2011

Blaming others.

Picture; From my paintings.
*
*
Ketika seseorang bercerita tentang masalah yang dihadapinya,
dia menyalahkan semua orang dekatnya.
Dia bercerita dengan emosi tinggi, menyalahkan semua orang
untuk ketidak bahagiaannya.
Perlu kerendahan hati untuk mengakui bahwa
diri sendiri juga punya andil kesalahan.
Terlebih lagi, perlu kebijakan untuk tahu bahwa
tiap persoalan adalah 'pesan' yang dikirim
dari Semesta untuk kita pelajari.
*
He who blame others still has a long way to go on his journey.
He who blame himself is halfway there.
He who blame no one has arrived.
(Chinese proverb)

Sabtu, 08 Januari 2011

Kelebihan & kekurangan.

Picture; From my watercolor paintings.
*
*
Sudah menjadi sifat kita, sebagai manusia, jika seseorang mempunyai
10 kebaikan, kita hanya fokus pada 1 kekurangannya saja.
"Dia guru yang baik, sabar, murah hati, tapi sayang,....."
Demikian juga dalam memandang diri sendiri.
Jika kita punya 10 kelebihan, kita cuma fokus pada
kekurangannya saja.
Hidung kurang mancung, kulit kurang putih, gigi kurang rata, dll .
Saya, misalnya, cuma mengeluhkan 1 gigi saya yang sakit, padahal,
ada 29 lainnya yang baik, dan tidak pernah saya syukuri.
Padahal, 1 bagian yang kita keluhkan itu adalah bagian dari
diri kita juga, dan patut kita syukuri juga.
Patut kita rangkul, sayangi juga, bukan dihilangkan,
tapi dimengerti.
Ada kelebihan dan ada kekurangan. Itulah yang menjadikan
kepribadian kita sebagai manusia.

Kamis, 06 Januari 2011

Jendela.

Picture; From my watercolor paintings.
*
*
Setiap pagi, sepasang suami istri sarapan didapur mereka yang
mempunyai jendela besar. Melalui jendela itu mereka dapat melihat
langsung ke pekarangan belakang tetangga.
Satu hari, ada penghuni baru disebelah , tetangga baru.
Pagi itu, sambil menyiapkan sarapan, si istri berkata kepada suaminya,
'Aku lihat, tetangga baru kita ini jorok, lihat saja cucian nya,
masih kotor, belum bersih benar, sudah dijemur,.....'
Suaminya menengok sebentar, lalu diam saja.
Keesokan harinya, si istri kembali berkomentar,
'Apa kataku, mereka benar2 jorok, coba lihat, jemuran mereka,
masih kotor kan?,.... apa aku perlu kesana dan memberi tahu mereka
cara mencuci yang baik?'
Si suami tidak menjawab.
Kejadian tersebut berlangsung beberapa hari.
Satu pagi, si istri berkata,
'Aku heran,... siapa yang telah mengajarkan mereka cara mencuci yang
baik?...
sekarang, kulihat baju2 di jemuran mereka sudah bersih?'
Sambil tetap makan sarapannya si suami menjawab,
"Sayangku, tadi pagi-pagi sekali, aku membersihkan
kaca jendela kita........."
*