Kamis, 16 Juni 2011

Setandan pisang

Picture: From sevillapictures.com


Wan adalah putera ke 3 dari sebuah keluarga tuan tanah cina di tahun 1920an. Orang tua wan memiliki tanah dan kebun yang luas didaerah suradita, tangerang, yang disewakan kepada penduduk setempat. Karena kedua kakaknya sudah menikah dan sibuk dengan tokonya masing masing sehingga tugas wan lah yang untuk memeriksa kebun dan tanah mereka sehari hari, selain juga menarik uang sewa dari para penyewa tanah mereka.

Satu hari, kedua orang tua wan menjodohkan wan dengan seorang perempuan dari keluarga kenalan mereka, karena dianggap sudah waktunya bagi wan untuk berkeluarga. Meskipun terlihat enggan dan ogah ogahan, wan tidak berani membantah keinginan orang tuanya, terutama ibunya yang paling ia hormati.Maka, diadakanlah pesta perkawinan besar besaran selam beberapa hari dengan segala kemeriahannya. Dan sesudahnya, wan dan istri barunya tinggal dirumah yang telah disediakan, disebelah rumah orang tuanya. Ibu wan begitu gembira ketika beberapa bulan sesudahnya, terlihat isteri wan sudah mulai mengandung.


Satu sore, seperti biasa wan pulang dari berkeliling seharian ditanah dan kebun keluarga. Seperti biasa juga, wan membawa sedikit hasil panen atau oleh oleh dari kebun mereka. Hari itu wan membawa setandan pisang, dan memberikannya kepada ibunya. Setelah itu wan pulang kerumahnya. Ketika ibunya hendak memotong setandan pisang itu, tiba tiba ibunya melihat, bahwa sisir pisang yang paling atas, atau yang terbesar dan terbaik, sudah tidak ada. Sudah ada bekas dipotong. Ibunya bertanya tanya dalam hati, kemana sesisir pisang yang terbaik hari itu? Karena biasanya, hasil panen terbaik selalu diberikan kepada orang yang paling dicintai dan dihormati, dalam hal ini, tentu saja, kepada ibunya. Jika sisir pisang terbaik tidak diberikan kepada ibunya, tentulah diberikan kepada orang yang lebih dicintai dan lebih dihormati dari ibunya sendiri. Tapi, siapa orang itu? Karena hatinya terus diliputi rasa ingin tahu, ibunya wan mulai menyelidiki dari berbagai sumber.

Akhirnya setelah beberapa lama, diketahuilah, bahwa, sudah lama wan menjalin kasih dengan puteri salah seorang penyewa tanah mereka. Bahkan diketahui juga bahwa wan sudah punya seorang anak dari hubungan tersebut. Wan tidak berani memberi tahu dan memperkenalkan kekasih dan anaknya kepada ibunya karena tahu, pasti ditolak, karena status keluarga yang tidak seimbang.

Sesisir pisang terbaik itu, rupanya diberikan wan kepada kekasih dan anaknya.


Beberapa waktu setelah melahirkan, istri resmi wan minta cerai, dan wan leluasa untuk menjadikan kekasih dan anaknya sebagai keluarganya yang sah. Mereka punya 7 anak lainnya, dan hidup bahagia sampai tua.













Rabu, 01 Juni 2011

Niang tak mau berhenti.

Picture; From Reygallery.


Niang adalah panggilanku pada ibuku.

Niang selalu berbicara dengan dirinya sendiri dengan suara keras, tidak memberikan tempat bagi suara lain masuk dalam hidupnya.

Memang niang selalu rajin kegereja, tiap jumat, sabtu dan minggu, niang tidak pernah absen mengikuti berbagai ritual Niang juga rajin pergi keberbagai tempat ziarah terkenal, tapi hal itu tidak meyurutkannya untuk menyuarakan suaranya sendiri, tidak peduli kata para pemuka gereja, tidak peduli apa kata para pembimbing, niang selalu punya pendapatnya sendiri, dan tidak ragu untuk mengutarakannya.

Selain tidak berhenti menyuarakan pendapatnya, niang juga tidak berhenti berjalan mengikuti kakinya yang membawanya kesegala pelosok.

Setiap hari dalam seluruh hidupnya niang tidak pernah berhenti melangkahkan kakinya.

Dengan naik kendaraan umum, setiap hari niang berjalan dari satu pasar ke pasar lain, dari satu tempat keramaian ke tempat keramaian lain, dari satu negara ke negara lain.

Bisa dikata, seumur hidupnya niang sudah menjelajah kesegala kota besar diseluruh dunia. Niang hanya berjalan jalan, tanpa belanja, tanpa berhenti,tanpa mengamati, hanya berjalan mengikuti kata hatinya untuk berjalan dan bersuara mengutarakan pendapatnya sendiri, tanpa perlu mendengar jawab atau atau menunggu tanggapan yang mendengar.

Niang melewati ribuan etalase pertokoan tanpa harus masuk, melewati ribuan restoran tanpa pernah tergoda untuk singgah, bagi niang cukup sebotol minuman yang selalu dibawanya, dan setangkup roti atau kue menemani perjalanannya.

Tanpa memperhatikan makanan dan penampilannya, tidak heran niang sering disangka tunawisama dan sering mengundang belas kasihan orang yang melihatnya. Mereka menawarkan makanan, minuman, tumpangan bahkan tempat berteduh. Niang menampik sinis semua tawaran baik orang dan melanjutkan langkah kakinya.

Kadang niang bersepeda juga. Laju sepedanya meliuk liuk menyeramkan bagi yang melihatnya, tapi tidak bagi niang sendiri, niang terus saja melaju, membuat semua orang menahan nafas melihatnya.

Menyebrang jalan adalah salah satu kegembiraan lain bagi niang.

Niang tidak pernah lewat jembatan penyebrangan, niang menundukkan kepalanya, dengan mata setengah terpejam, niang melangkah menyebrang jalan selebar apapun, seramai apapun, dimanapun.

Banyak mobil mendadak mengerem sampai mencicit, orang berteriak menahan nafas, tapi niang selalu selamat sampai keseberang, dan tersenyum senang, seperti telah memenangkan suatu pertandingan.

Seumur hidupnya niang tidak pernah diserempet apalagi ditabrak karena cara menyebrangnya yang nekad itu.

Paling paling lecet kecil kecil karena jatuh ketika lompat dari bis yang berlari kencang, atau lututnya luka karena terperosok kedalam lubang jalan, ya,.. cuma luka luka kecil yang cepat sembuhnya.

Setelah berjalan tanpa henti, tanpa lelah, tanpa tujuan, tanpa pernah sakit, tanpa pernah lelah, satu waktu diusianya yang ke 87 tahun, kaki niang tiba tiba tidak mau diajak melangkah lagi.

Niang ribut bukan kepalang, berteriak teriak menyuruh kakinya melangkah mengikuti kemauan hatinya, tapi kedua kakinya diam saja.

Niang terpaksa mau duduk dikursi roda. Tapi, dikursi rodapun niang tidak bisa diam, minta didorong jalan jalan, atau bergeser kian kemari.

Sejak kakinya mogok tidak mau diajak jalan, siang ataupun malam niang tidak pernah lagi tidur barang sekejappun. Kalau siang niang minta jalan jalan, maka malam hari niang mengamuk. Menggeser geser perabotan, bahkan lemari. Dokter yang datangpun heran, obat penenangnya tidak bereaksi sama sekali, niang tetap tidak mau diam dan terus berteriak teriak. Bahkan beberapa kali niang terjatuh karena tidak mau diam, herannya, meskipun luka, niang seakan tidak merasa,...'tidak sakit' katanya, padahal luka dikepalanya cukup parah bagi orang seusianya.

Dokter bilang, mungkin ada 'sesuatu' yang harus niang lepaskan.

Maka didatangkanlah beberapa kali orang orang 'pintar'.

Biarpun mereka tidak saling kenal satu sama lain, dan datang berlainan waktu, mereka semua bilang hal yang sama, niang sakti!

Niang punya pegangan, pelindung, susuk, yang hebat nan sakti!

Tentu saja aku terkejut bukan alang kepalang mendengar hal ini, antara percaya dan tidak . Tapi setiap kali satu ritual diadakan, ada yang hilang dari diri niang. Pertama kali diadakan pengusiran, tiba tiba saja niang tidak bisa lagi duduk, dan tidur saja diranjang.

Tidur saja diranjang tidak membuat niang berhenti bersuara, bahkan semakin keras dan ngawur, ngaco. Orang kedua yang mengadakan pengusiran, membawa daun kelor yang ketika diminumkan, tiba tiba saja niang bersuara pelo, seperti anak kecil baru belajar bicara.

Tapi, pelo ataupun tidak, tidak menyurutkan niang untuk tetap bersuara dan membelalakan matanya kian kemari.

Pengusiran berlanjut beberapa kali, seperti membuka lapis demi lapis kesaktian niang. Ada yang berupa asap , ada yang berupa logam kuning, ada yang seperti bayangan hitam. Aku makin terheran heran dengan kenyataan ini, suatu hal yang sama sekali bahkan terpikirpun tidak.

Setelah dua minggu tidur saja, tiba tiba niang menghembuskan tiga nafas panjang terakhirnya, dan berhenti bernafas. Orang orang ramai menangis dan membaca doa, tapi dokter yang memeriksa bilang, meskipun sudah tidak bernafas, tidak ada denyut nadi, jantung niang masih berdetak! Kami semua menunggu. Dan menunggu. Meskipun badannya sudah dingin, tapi tidak kaku kaku, meskipun bola matanya tidak bereaksi lagi terhadap cahaya, tapi tidak pudar pudar. Niang tidak mati mati. Dokter bingung, apalagi kami.

Tiga hari kami menunggu kapan jantung niang mau berhenti berdetak, dan pada hari ketiga, jantung niang benar benar berhenti. Dokter menyatakan bahwa niang sudah mati.

Ketika kami kremasi, salah satu orang pintar yang pernah datang, menelpon kami, katanya, masih ada logam berenergi yang ketinggalan dikepala niang, coba di cek di abu pembakarannya.Tapi aku tidak mau mencek kebenarannya, biarlah itu menjadi misteri yang dibawa niang sendiri, tanpa aku, kami semua pernah mengerti,kapan, kenapa, dan buat apa, niang memasang semua penangkal itu dalam dirinya.

May her soul rest in peace.

(Niang, 1924-2011)












































Selasa, 12 April 2011

Kesepian.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Banyak orang kesepian.

Kesepian dalam arti merasa sendiri,

merasa tidak ada perhatian dari orang lain,

merasa tidak nyaman ketika harus sendirian,

tidak tau harus berbuat apa ketika sendirian.


Bahkan dikota kota besar yang hiruk pikuk pun

banyak orang yang kesepian.

Banyak orang mengira, obat bagi kesepian

adalah mencari teman sebanyak banyaknya,

berusaha terus berada dalam suasana yang ramai,

bekerja keras, supaya tidak memikirkan kesepiannya,

atau ke pesta yang meriah,...

tapi, begitu pulang, sendirian,

kembali merasa sepi.

Padahal obat paling baik bagi kesepian, adalah

menjadikan diri sendiri sebagai teman sejati.

Bisa merasa nyaman dengan kesendirian,

dan tidak merasa kesepian saat sendiri.

Bahkan tanpa televisi atau radio pun merasa nyaman.

Meditasi kesadaran, bernafas dengan sadar,

berjalan dengan sadar, melakukan segala sesuatu

dengan kesadaran tinggi, adalah latihan

merasakan nyamannya berteman dengan

diri sendiri.

dengan hening dan sepi.

dengan keadaan sekitar kita.

Hidup dengan kesadaran tinggi adalah memperhatikan

setiap nafas masuk dan nafas keluar.

Memperhatikan setiap langkah kaki,

memperhatikan setiap textur barang disekitar kita,

memperhatikan alam,

memperhatikan yang tidak pernah kita perhatikan sebelumnya,

yang selalu terlewatkan ketika kita tergesa.

Jika hati selalu hangat,

banyak bersyukur,

dan penuh kesadaran,

tidak ada manusia yang kesepian.

.

Senin, 11 April 2011

Ujian kehidupan.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami ujian kehidupan.

Semua orang pasti mengalaminya.

Ujian kehidupan datang dalam bentuk yang berbeda

untuk setiap tahap kehidupan.

Bagi anak anak, mungkin ujiannya adalah setiap kali menangis.

Makin besar, makin jarang menangis, tapi merasa sakit dihati.

Ujian kehidupan seperti juga ujian sekolah, adalah untuk

meningkatkan kebijakan diri, naik kelas kebijakan.

Makin tinggi tingkatan atau kelasnya, tentu saja

makin susah ujiannya,

Latihannya adalah persoalan sehari hari,

ujiannya datang sekali sekali.

Melihat orang lain sedang diuji, mudah bagi kita

mengucapkan, 'sabar ya,..' 'ikhlas ya...'

betapapun kita bersimpati pada yang sedang diuji,

kita tidak pernah bisa menyelami perasaannya,

karena tiap orang punya ketahanan, kepribadian

yang berbeda beda.

Misalnya, melihat ada yang menangis kehilangan barang,

kita bilang, 'gitu aja kok nangis....'

Tapi mungkin tingkatannya memang baru sampai

pada menangisi barang yang hilang, atau barang

yang hilang itu memang sangat berarti baginya.

Kita bisa bersimpati, tapi kita tidak pernah

bisa tau perasaan orang lain sesungguhnya.

kita mengukur perasaan orang lain dengan ukuran

sepatu kita sendiri, padahal ukuran kaki tiap orang berbeda.

Ada teman yang bilang, 'saya tau ini ujian, tapi koq beraaat

sekali rasanya, sakiiitt sekali dihati,...'

Yang namanya ujian itu, pastilah menyakiti perasaan,

membutuhkan banyak sekali pengorbanan.

kalau tidak, namanya bukan ujian,

cuma latihan.

Lalu, kalau lulus ujian, apa yang didapat?

Tergantung ujiannya.

Ada yang dapat kesabaran.

ada yang mendapat 'bisa menerima' dan ihklas.

ada yang dapat keberanian, dan tidak takut lagi.

ada yang bisa melepaskan, atau 'letting go'.

Yang pasti, mendapatkan kekuatan.

Dalam ujian juga, kita bisa membedakan mana

teman sejati, mana yang tidak.

Mana yang mau menampung curahan hati dan air mata,

mana yang malah meninggalkan pergi karena

kita kehabisan harta.

Ujian makin berat, jika perhatian kita cuma fokus

pada kepedihan ujiannya saja.

Ujian bisa ringan, jika kita alihkan fokus pada

yang lebih tinggi, Yang Maha Segalanya.

Tidak heran para bijak berkata, bahwa saat saat

ujianlah, saat2 pedih dalam kehidupan kita,

adalah saat2 yang paling mendekatkan kita

pada Yang Maha.

.




Jumat, 08 April 2011

Kisah cinta.

Picture; From clipart.com. *

*

Keluarga mengeluhkan nenek yang sudah berusia 91 tahun,

sangat renta dan pemarah.

'Tidak ada yang bisa bicara sama nenek' Kata keluarga.

'Selain susah dengar, lihat, dan bicara, ngomong aja,

ndak bisa nyambung....' katanya lagi.

Biasanya, nenek dibiarkan saja hilir mudik pelan pelan,

sambil sesekali memarahi orang yang lewat,

tanpa ada yang pernah peduli.

Satu waktu datang seorang lelaki yang

aneh penampilan dan gaya bicaranya, membawakan

brosur bagi keluarga.

Begitu ketemu nenek, kelihatannya keduanya

'klop' dan nyambung.

Lalu, tanpa membawa brosurpun, lelaki itu

sering datang, cuma untuk berbincang dengan nenek.

Belakangan, keluarga tau, lelaki itu berusia 45 tahunan,

pernah berkali kali stroke, yang mengakibatkan

pembawaan, gaya dan bicaranya jadi aneh.

'orang error' kata keluarga.

Keluarga sering diam diam mendengarkan, apa sih

yang mereka bicarakan?

Yang satu bicara 'ayam', yang lain bicara 'bebek',

tapi herannya keduanya bisa tertawa bersama.

Mata mereka berbinar binar saling memandang.

Lama kelamaan, mereka berdua sering berjalan

jalan bersama. Yang lelaki, menggandeng nenek

dengan mesra dan penuh perhatian. Dan nenek,

yang biasanya pemarah, tiba tiba menjadi manis dan penurut.

Nenek mulai berpakaian lebih rapi, dan sesekali bernyanyi.

Sesuatu yang tidak pernah dilakukan nenek

selama 50 tahun, kata keluarga.

Semua orang bilang, nenek dan lelaki itu seperti

orang pacaran. Saling jatuh cinta.

Sampai sekarang, sudah hampir dua tahun

nenek 'berpacaran' dengan lelaki itu.

.

Cinta memang tidak kenal usia dan lebih aneh dari cerita fiksi.

Cinta tidak dari penampilan fisik ataupun pemikiran,

tapi, bagaimana yang satu bisa membuat yang lain

merasa dihargai.

Cinta adalah bisa membuat pasangan

yang paling tidak berharga pun, betapa jelekpun,

merasa menjadi seseorang yang istimewa.

(a true story)


Kamis, 07 April 2011

Memelihara kambing hitam.

Picture; From Infoternak.com.

*

*

Sadar atau tidak, kita semua memelihara kambing hitam.

Jika ada yang ditanya,

'mengapa kamu terlambat?' "Macet..."

'mengapa mencuri?' "orang lain juga mencuri..."

'mengapa bercerai?' "pasangan saya selingkuh sih..."

'mengapa marah?' "ndak tau,... kemasukan setan kali,..."

'mengapa anak nakal?' " bergaul dengan teman2 yang tidak baik.."

dll dll dll.

Macam macam kambing hitam yang kita pelihara,

mulai dari yang kelihatan, seperti pasangan, anak, teman,

sampai yang tidak kelihatan, seperti, macet, godaan, sampai

dengan setan.

Kambing hitam, adalah sesuatu yang salah, kecuali

diri kita sendiri.

.


Mengapa banyak orang memelihara kambing hitam?

Mungkin, karena lebih mudah memelihara

kambing hitam daripada menaklukkan diri sendiri.

Memelihara kambing hitam sangat mudah,

tinggal memberinya makan setiap waktu, hiduplah dia.

Seorang Indian berkata, ' Didalam diriku hidup dua ekor

serigala, hitam dan putih, yang selalu berkelahi.'

Temannya bertanya," Yang mana yang selalu menang?"

'Yang selalu kuberi makan.'

Memelihara kambing hitam, serupa memelihara serigala

didalam diri.

Setiap dituruti keinginannya,adalah memberinya makan,

memberinya kesempatan untuk berkembang.

Jika terbiasa menuruti emosi, menuruti ego, maka

itulah yang berkembang.

Sedangkan menaklukkan diri sendiri memerlukan

niat yang kuat, disiplin tinggi, dan waktu seumur hidup.

Hal yang terasa sangat sukar dan tidak menyenangkan.

Thich Nhat Hanh menulis,

Jika kita menanam sayuran, dan ternyata sayuran itu

tidak tumbuh seperti yang kita harapkan,

kita 'kan tidak menyalahkan sayur itu.

Kita berusaha memberinya pupuk, menaruhnya

disinar matahari, menyiraminya, dll dll.

Kita tidak mencari kambing hitam.

Kita berusaha untuk mencari solusinya, mencari

jawabannya, berusaha mengerti, dan memperbaiki.

Dengan selalu berusaha memperbaiki diri,

kita mengurangi populasi kambing hitam didalam diri.

Dengan mengakui kesalahan dan mengerti sebabnya,

kita belajar rendah hati.

.



Rabu, 06 April 2011

Raja Yang Bijak.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Seorang raja memerintah sebuah negeri yang aman

tentram dan damai dengan bijaksana.

Seluruh rakyat mencintai raja mereka.

Satu malam, seorang penyihir datang dan menuangkan

tujuh tetes cairan aneh kedalam sungai yang mengalir

di tengah kerajaan itu.

"Mulai detik ini, semua yang minum air sungai ini,

akan menjadi gila" Kata penyihir itu sambil beranjak pergi.

Keesokan harinya, seluruh rakyat negeri itu, kecuali

raja dan perdana menterinya, minum dari sungai itu, dan,

terjadilah apa yang telah dikatakan penyihir.

Dan, pada hari itupun juga, rakyat diseluruh penjuru

negeri itu kehilangan akal sehat mereka.

Mereka berkata satu sama lain,

'Coba lihat, kita mempunyai raja dan perdana

menteri yang gila,... mana bisa kita diperintah

oleh raja yang gila....? Kita harus menurunkan

raja dan perdana menteri!!!'

Maka sore itu, raja meminta perdana menteri pergi

mengambil air dari sungai ,lalu raja meminum

air sungai tersebut banyak banyak, dan meminta

perdana menteri melakukan hal yang sama.

Keesokan harinya, seluruh penjuru negeri gembira,

karena melihat raja dan perdana menteri mereka sudah

sembuh dan tidak gila lagi.

.

(The wise king, by Khalil Gibran.)