Senin, 11 April 2011

Ujian kehidupan.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami ujian kehidupan.

Semua orang pasti mengalaminya.

Ujian kehidupan datang dalam bentuk yang berbeda

untuk setiap tahap kehidupan.

Bagi anak anak, mungkin ujiannya adalah setiap kali menangis.

Makin besar, makin jarang menangis, tapi merasa sakit dihati.

Ujian kehidupan seperti juga ujian sekolah, adalah untuk

meningkatkan kebijakan diri, naik kelas kebijakan.

Makin tinggi tingkatan atau kelasnya, tentu saja

makin susah ujiannya,

Latihannya adalah persoalan sehari hari,

ujiannya datang sekali sekali.

Melihat orang lain sedang diuji, mudah bagi kita

mengucapkan, 'sabar ya,..' 'ikhlas ya...'

betapapun kita bersimpati pada yang sedang diuji,

kita tidak pernah bisa menyelami perasaannya,

karena tiap orang punya ketahanan, kepribadian

yang berbeda beda.

Misalnya, melihat ada yang menangis kehilangan barang,

kita bilang, 'gitu aja kok nangis....'

Tapi mungkin tingkatannya memang baru sampai

pada menangisi barang yang hilang, atau barang

yang hilang itu memang sangat berarti baginya.

Kita bisa bersimpati, tapi kita tidak pernah

bisa tau perasaan orang lain sesungguhnya.

kita mengukur perasaan orang lain dengan ukuran

sepatu kita sendiri, padahal ukuran kaki tiap orang berbeda.

Ada teman yang bilang, 'saya tau ini ujian, tapi koq beraaat

sekali rasanya, sakiiitt sekali dihati,...'

Yang namanya ujian itu, pastilah menyakiti perasaan,

membutuhkan banyak sekali pengorbanan.

kalau tidak, namanya bukan ujian,

cuma latihan.

Lalu, kalau lulus ujian, apa yang didapat?

Tergantung ujiannya.

Ada yang dapat kesabaran.

ada yang mendapat 'bisa menerima' dan ihklas.

ada yang dapat keberanian, dan tidak takut lagi.

ada yang bisa melepaskan, atau 'letting go'.

Yang pasti, mendapatkan kekuatan.

Dalam ujian juga, kita bisa membedakan mana

teman sejati, mana yang tidak.

Mana yang mau menampung curahan hati dan air mata,

mana yang malah meninggalkan pergi karena

kita kehabisan harta.

Ujian makin berat, jika perhatian kita cuma fokus

pada kepedihan ujiannya saja.

Ujian bisa ringan, jika kita alihkan fokus pada

yang lebih tinggi, Yang Maha Segalanya.

Tidak heran para bijak berkata, bahwa saat saat

ujianlah, saat2 pedih dalam kehidupan kita,

adalah saat2 yang paling mendekatkan kita

pada Yang Maha.

.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar