Wan adalah putera ke 3 dari sebuah keluarga tuan tanah cina di tahun 1920an. Orang tua wan memiliki tanah dan kebun yang luas didaerah suradita, tangerang, yang disewakan kepada penduduk setempat. Karena kedua kakaknya sudah menikah dan sibuk dengan tokonya masing masing sehingga tugas wan lah yang untuk memeriksa kebun dan tanah mereka sehari hari, selain juga menarik uang sewa dari para penyewa tanah mereka.
Satu hari, kedua orang tua wan menjodohkan wan dengan seorang perempuan dari keluarga kenalan mereka, karena dianggap sudah waktunya bagi wan untuk berkeluarga. Meskipun terlihat enggan dan ogah ogahan, wan tidak berani membantah keinginan orang tuanya, terutama ibunya yang paling ia hormati.Maka, diadakanlah pesta perkawinan besar besaran selam beberapa hari dengan segala kemeriahannya. Dan sesudahnya, wan dan istri barunya tinggal dirumah yang telah disediakan, disebelah rumah orang tuanya. Ibu wan begitu gembira ketika beberapa bulan sesudahnya, terlihat isteri wan sudah mulai mengandung.
Satu sore, seperti biasa wan pulang dari berkeliling seharian ditanah dan kebun keluarga. Seperti biasa juga, wan membawa sedikit hasil panen atau oleh oleh dari kebun mereka. Hari itu wan membawa setandan pisang, dan memberikannya kepada ibunya. Setelah itu wan pulang kerumahnya. Ketika ibunya hendak memotong setandan pisang itu, tiba tiba ibunya melihat, bahwa sisir pisang yang paling atas, atau yang terbesar dan terbaik, sudah tidak ada. Sudah ada bekas dipotong. Ibunya bertanya tanya dalam hati, kemana sesisir pisang yang terbaik hari itu? Karena biasanya, hasil panen terbaik selalu diberikan kepada orang yang paling dicintai dan dihormati, dalam hal ini, tentu saja, kepada ibunya. Jika sisir pisang terbaik tidak diberikan kepada ibunya, tentulah diberikan kepada orang yang lebih dicintai dan lebih dihormati dari ibunya sendiri. Tapi, siapa orang itu? Karena hatinya terus diliputi rasa ingin tahu, ibunya wan mulai menyelidiki dari berbagai sumber.
Akhirnya setelah beberapa lama, diketahuilah, bahwa, sudah lama wan menjalin kasih dengan puteri salah seorang penyewa tanah mereka. Bahkan diketahui juga bahwa wan sudah punya seorang anak dari hubungan tersebut. Wan tidak berani memberi tahu dan memperkenalkan kekasih dan anaknya kepada ibunya karena tahu, pasti ditolak, karena status keluarga yang tidak seimbang.
Sesisir pisang terbaik itu, rupanya diberikan wan kepada kekasih dan anaknya.
Beberapa waktu setelah melahirkan, istri resmi wan minta cerai, dan wan leluasa untuk menjadikan kekasih dan anaknya sebagai keluarganya yang sah. Mereka punya 7 anak lainnya, dan hidup bahagia sampai tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar