Senin, 04 April 2011

Topeng.

Picture; From Gettyimages.

*

*

Setiap keluar rumah aku mengenakan topeng.

Ketika ada janji bertemu atasan, aku memakai topeng

memelas dan miskin, mana tau, boss ku kasihan

kepadaku dan menaikkan gajiku bulan depan.

Topeng memelas ini juga kupakai saat

meminta kredit, atau ada yang datang menagih.

Tapi jika bertemu orang yang datang meminta pertolongan

atau sumbangan, tentu aku memakai topeng angker.

Jika bertemu teman teman, aku memakai topeng

pintar, ceria dan kaya, agar teman temanku pada

kagum dan iri pada penampilanku.

Topeng pintar ini ditunjang dengan sederet buku2 tebal

diruang kerjaku, yang tidak pernah kubuka.

Topeng kaya kulengkapi dengan baju bagus,

jam tangan mewah, dan mobil mutakhir, yang semuanya

belum lunas cicilannya.

Topeng ramah ceria, tersenyum lebar kupakai saat

ada undangan resepsi, seminar atau pesta,

mengesankan bahwa hidupku bahagia,semua lancar,

tidak seperti orang lain yang kebanyakan mengeluh.

Topeng alim kupakai saat pergi beribadah, atau

bertemu ulama.

Topeng murung berwajah sedih kupakai saat harus

bersimpati, seakan akan aku menyelami kesedihan

orang lain, padahal, dalam hati aku memikirkan

hal lain.

Dan, masih banyak lagi topeng yang kusimpan

guna dipakai dalam macam macam kesempatan.

Kurasa topeng itulah diriku yang sebenarnya,

yang membuat diriku tampak sempurna dimata dunia,

karena saat didalam kamar, tanpa topeng,

aku bukan siapa siapa,

bukan apa apa.

(diadaptasi dari The Madman by Khalil Gibran.)

.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar