Kamis, 06 Januari 2011

Belajar sabar.

Picture; From my watercolor paintings.
*
*
Kadang saya heran, bagaimana caranya kita
belajar sabar dari mereka yang pemarah,
belajar kebaikan dari mereka yang jahat, atau,
belajar diam dari mereka yang cerewet,
seperti yang ditulis Rumi,
Saya heran, bagaimana Rumi bilang, merekalah guru2 terbaik kita,
dan kita malah tidak berterima kasih kepada mereka.
Kemarin, saya baca di 'Joyful Wisdom' nya Yongey Mingyur Rinpoche,
analoginya bisa seperti ini;
Ketika kita ingin mendengar suara, kita membutuhkan suara
untuk didengar, begitu juga, ketika kita ingin melihat sesuatu,
kita membutuhkan obyek untuk dilihat.
Atau, ketika kita ingin belajar matematika, kita membutuhkan
banyak soal matematika untuk latihan,
Ketika kita ingin belajar bahasa asing, kita butuh buku2,
mempraktekkan percakapan supaya mahir berbahas asing.
Saya rasa, demikian pula, ketika kita ingin belajar sabar,
maka Alam Semesta mengirimkan 'guru2' nya kepada kita,
yaitu mereka yang pemarah.
Benar kata Rumi, seharusnyalah kita berterima kasih
kepada mereka.

Jendela.

Picture; From my watercolor paintings.
*
*
Setiap pagi, sepasang suami istri sarapan didapur mereka yang
mempunyai jendela besar. Melalui jendela itu mereka dapat melihat
langsung ke pekarangan belakang tetangga.
Satu hari, ada penghuni baru disebelah , tetangga baru.
Pagi itu, sambil menyiapkan sarapan, si istri berkata kepada suaminya,
'Aku lihat, tetangga baru kita ini jorok, lihat saja cucian nya,
masih kotor, belum bersih benar, sudah dijemur,.....'
Suaminya menengok sebentar, lalu diam saja.
Keesokan harinya, si istri kembali berkomentar,
'Apa kataku, mereka benar2 jorok, coba lihat, jemuran mereka,
masih kotor kan?,.... apa aku perlu kesana dan memberi tahu mereka
cara mencuci yang baik?'
Si suami tidak menjawab.
Kejadian tersebut berlangsung beberapa hari.
Satu pagi, si istri berkata,
'Aku heran,... siapa yang telah mengajarkan mereka cara mencuci yang
baik?...
sekarang, kulihat baju2 di jemuran mereka sudah bersih?'
Sambil tetap makan sarapannya si suami menjawab,
"Sayangku, tadi pagi-pagi sekali, aku membersihkan
kaca jendela kita........."
*

Asin.

Picture; from my paintings.
*
*
Kadang kita heran, mengapa suatu persoalan yang buat kita biasa-biasa saja,
tapi bagi orang lain bisa sangat membuat tersinggung ,marah,dan sakit hati,
malah kadang dendam.
Saya pikir, semua tergantung kebesaran hati si penerima.
Bila hatinya sempit, sedikit sedikit, bisa tersinggung dan marah.
Bila hatinya lapang, toleransinya luas, maka persoalan apapun
tidak akan mempengaruhi hati.
*
Jika kita memasukkan tiga sendok garam ke sebuah cangkir yang
berisi air, maka air dalam cangkir tersebut akan terasa sangat asin.
Jika kita memasukkan tiga sendok garam yang sama kesebuah danau
yang luas, maka air didanau tersebut tetap saja sejuk, tidak terasa asin
sama sekali. Tiga sendok garam tidak ada pengaruhnya untuk
air danau yang luas dan lapang.
*
Belajar kebijakan adalah belajar memperluas hati.

Rabu, 05 Januari 2011

Cobaan.

Picture; from my paintings.
*
*
Seorang teman bertanya, ' Kenapa sih, ketika kita sudah mulai sadar,
dan berniat hendak hidup baik2, malah cobaan datang tidak henti2nya,
membuat hidup kita makin tidak nyaman dibanding sebelumnya.'
Mungkin tulisan dari buku 'the Sword Of Wisdom' oleh Acarya Sheng-Yen
bisa menjawab pertanyaan tsb.
Misalnya, selama ini kita hidup tenang2 saja didalam sebuah ruangan yang gelap.
Kita makan, tidur, mandi, bekerja, dll didalam kegelapan.
Satu waktu, ada cahaya masuk kedalam ruangan tsb.
Kita terkejut, betapa kotornya ruangan yang kita tempati selama ini,
betapa kotor dan berantakan nya ruangan dan seisi nya dimana
kita tempati selama ini. Kita mulai merasa tidak nyaman.
Kita berusaha membersihkan.
Proses pembersihan memerlukan kerja keras, banyak keringat,
membuang barang lama yg kita sukai, mengisi dengan barang baru
yang bersih, mencuci dan lain2 hal yang tentu tidak nyaman.
Tetapi, semua itu akan terbayar, ketika ruangan yg kita tempati
menjadi bersih, terang dan lapang.

Selasa, 04 Januari 2011

Perkenankanlah aku mencintaiMU.

Picture; from getty images.
*
Saya suka sekali puisi ini, yang pernah saya baca di harian Kompas,
beberapa tahun yang lalu.
*
Perkenankanlah aku mencintaiMU seperti ini,
Tanpa kekecewaan yang berarti,
Meski tanpa kepastian yang pasti,
Harapan-harapan yang setiap kali dikecewakan kenyataan,
Biarlah dibayar oleh harapan-harapan baru
yang menjanjikan,
Perkenankanlah aku mencintaiMU semampuku,
Menyebut-nyebut namaMU
Dalam kesendirianpun lumayan,
Berdiri didepan pintuMU tanpa harapan,
KAU membukanyapun terasa nyaman,
Sekali-kali membayangkan KAU memperhatikanpun
cukup memuaskan,
Perkenankanlah aku mencintaiMU sebisaku.
*
(A poem by A.Mustofa Bisri.)

Angels with one wing

We are and each of us, angels with only one wing,
And we can only fly by embracing one another.
(Lucretius)

Hidup tak selamanya mulus....

picture; from my paintings
*
*
Pesan ini saya dapat dari sms teman.
*
Hidup tak selamanya berjalan mulus,....
Butuh batu kerikil supaya kita ber hati2,
Butuh semak berduri supaya kita waspada,
Butuh persimpangan jalan supaya kita bijaksana dalam memilih,
Butuh petunjuk jalan supaya kita punya harapan tentang arah masa depan,
Hidup butuh masalah supaya kita tahu kita punya kekuatan,
Hidup butuh pengorbanan supaya kita tahu cara bekerja keras,
Butuh air mata, supaya kita tahu merendahkan hati,
Butuh dicela, supaya kita tahu bagaimana cara menghargai,
Butuh kegelapan, supaya kita mencari terang,
Butuh tertawa, supaya kita tahu cara mengucap syukur,
Butuh senyum, supaya kita tahu kita punya cinta,
Butuh orang lain, supaya kita tahu, kita tidak sendiri.
*